Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Net Sell Asing Berlanjut, Reksa Dana Saham Tertunduk

Indeks reksa dana saham anjlok hingga 1,66% dalam sepekan terakhir, menyusul pelemahan IHSG akibat net sell asing.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Performa reksa dana selama pekan lalu terimpit oleh aksi jual besar-besaran yang dilakukan oleh investor asing di pasar saham. Di sisi lain, manajer investasi global terus menggiatkan potensi cuan dari reksa dana berbasis keberlanjutan atau environmental, social, governance (ESG) sebagai bagian dari pengelolaan risiko.

Berdasarkan data Infovesta periode 25 Oktober - 1 November 2024, indeks reksa dana saham anjlok hingga 1,66% menjadi 6.036,08. Pada saat bersamaan IHSG yang menjadi indeks acuannya jatuh lebih dalam lagi sebesar 2,46% menjadi 7.505,26.

Sedikit lebih baik, indeks reksa dana campuran melemah 0,75%. Sementara itu, indeks reksa dana pendapatan tetap mencatatkan pelemahan relatif terbatas 0,14%.

Hanya indeks reksa dana pasar uang yang bertahan di zona hijau dengan penguatan stabil 0,08%.

Tim Riset Infovesta menjelaskan imbal hasil negatif yang menerpa reksa dana saham imbas dari aksi jual bersih atau net sell yang terus dilakukan oleh investor asing. Adapun, saham berkapitalisasi besar atau big caps ambrol akibat aksi jual senilai Rp2,65 triliun dalam sepekan tersebut. 

Terpantau BMRI turun 5,67%, saham BREN turun 7,90%, dan saham BBCA turun 3,02%. Berdasarkan catatan Infovesta, BMRI dan BBCA masih menjadi saham pilihan utama dari para manajer investasi per 1 November 2024.

"Dari sentimen domestik, PMI Manufaktur Indonesia bertahan di angka 49,2 poin, menandai masih terjadinya penurunan dari aktivitas pabrik. Sementara itu, ketidakpastian geopolitik menyebabkan penurunan penjualan luar negeri selama delapan bulan," tilis Tim Riset Infovesta dalam riset mingguan, Senin (11/4/2024).

Sentimen dari China turut mewarnai pergerakan harga saham pekan lalu. China mencatatkan PMI Manfaktur NBS yang naik 50,1 poin atau di atas ekspektasi pasar yang menandai ekspansi pertama sejak April.  Tercatat hasil produksi China mengalami pertumbuhan selama dua bulan berturut-turut.

Sedangkan Amerika Serikat mengumumkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,8% secara kuartalan per September 2024, di bawah ekspektasi pasar sebesar 3% QoQ.

Seperti halnya pasar saham, pasar obligasi juga mengalami pelemahan dalam sepekan lalu. Yield SBN tenor 10 tahun bergerak bearish naik ke 6,77. Sedangkan yield Treasury AS naik menjadi 4,36%.

Berikut sejumlah produk reksa dana dengan return tertinggi sejak awal tahun per 1 November 2024 (sumber: Infovesta):

Reksa Dana Saham
Nama Return (%)
HPAM Ekuitas Syariah
Berkah
26,33
Bahana Icon Syariah Kelas G 25,28
Syailendra Alpha Focus
Equity Fund Kelas A
17,92
Pratama Dana Cemerlang
Saham
15,79
Bahana Trailblazer Fund 14,74

Reksa Dana Pendapatan Tetap
Nama  Return (%)
Insight Simas Asna
Pendapatan Tetap Syariah I
8,72
Shinhan Sukuk Syariah I 7,93
BRI Melati Pendapatan Tetap
Multi Plus
7,71
Trimegah Dana Tetap
Syariah
7,30
NET Dana Stabil 6,91

Reksa Dana Campuran
Nama Return  (%)
Panin Dana Bersama 17,61
Wanteg Diversity Fund 15,86
HPAM Flexi Plus 15,58
Pratama Dana Campuran 14,79
NET Dana Berimbang 13,81

Reksa Dana Pasar Uang
Nama Return (%)
Juara Money Market Fund 5,21
Insight Money 5,18
Capital Money Market Fund 4,94
Insight Money Syariah 4,90
BRI Gamasteps Pasar Uang 4,83

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper