Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rombak Direksi-Komisaris BUMN, Garuda (GIAA) Bakal Susul Pertamina

Usai Pertamina, Kementerian BUMN akan merombak susunan pengurus Garuda Indonesia melalui RUPSLB yang digelar pada 15 November 2024.
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Prabowo-Gibran melalui Kementerian BUMN mulai merombak susunan direksi dan komisaris pelat merah. Usai Pertamina, pemerintah akan menyusun ulang pengurus Garuda Indonesia dalam waktu dekat. 

Kementerian BUMN dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero), Senin (4/11/2024), telah menunjuk Simon Aloysius Mantiri sebagai Direktur Utama Pertamina menggantikan Nicke Widyawati yang menjabat sejak 2018. 

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan penunjukan Simon sebagai nakhoda baru diharapkan mampu mendorong terobosan anyar di Pertamina. Dia juga telah menitipkan sejumlah poin penting guna mendorong kinerja perseroan ke depan. 

“Ada beberapa poin yang saya titipkan dan saya yakin beliau bisa bekerja lebih maksimal, apalagi dengan terobosan-terobosan yang sudah didiskusikan langsung,” ucapnya saat ditemui di Jakarta, Senin (4/11/2024). 

Di samping itu, RUPS juga menetapkan Mochamad Iriawan atau Iwan Bule sebagai Komisaris Utama Pertamina, Dony Oskaria sebagai Wakil Komisaris Utama, dan Raden Adjeng Sondaryani didapuk sebagai Komisaris Independen.

Menurut Erick, komposisi komisaris tersebut diharapkan mampu mencegah pemborosan di Pertamina. Sebab, kompensasi subsidi BBM harus benar-benar dihitung ulang secara cermat dan tepat sasaran.

“Kami harapkan dari perwakilan ini bisa memperkuat lagi keborosan-keborosan yang selama ini terjadi, tetapi bukan keborosan karena korupsi karena memang tadi, datanya harus terus disinkronisasikan,” ucapnya. 

Sementara itu, dalam perkembangan lain, Kementerian BUMN berencana merombak kembali susunan pengurus PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada November 2024.

Direksi Garuda Indonesia menyampaikan bahwa RUPSLB akan digelar di Bandara Internasional Soekarno – Hatta, Tangerang pada 15 November 2024. Satu-satunya agenda rapat adalah perubahan susunan pengurus GIAA.

“Mata acara ini merupakan usulan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara [BUMN] Republik Indonesia selaku pemegang saham Seri A Dwiwarna melalui surat nomor: SR-463/MBU/09/2024 tanggal 24 September 2024,” tulis direksi GIAA dalam keterbukaan informasi dikutip pada Jumat (25/10/2024). 

GIAA sejatinya telah menggelar RUPSLB dengan agenda yang sama pada 15 Agustus 2024. Kala itu, pemegang saham memutuskan untuk mengangkat Mayor Jenderal TNI (Purn.) Glenny Kairupan sebagai Komisaris perseroan. 

Kinerja Garuda Indonesia (GIAA)

Berdasarkan laporan keuangan akhir September 2024, GIAA membukukan pendapatan usaha US$2,56 miliar hingga kuartal III/2024. Capaian itu meningkat 15% dari periode yang sama tahun lalu yang membukukan US$2,23 miliar. 

Pendapatan usaha GIAA ditopang oleh segmen penerbangan berjadwal yang mencapai US$2,01 miliar atau meningkat 17% year on year (YoY). Adapun penerbangan tidak berjadwal mencatatkan kenaikan 6% secara tahunan menjadi US$291,15 juta.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan kenaikan pendapatan usaha sepanjang Januari-September 2024 merefleksikan angkutan penumpang perusahaan yang mencapai 17,73 juta atau meningkat 24% secara tahunan. 

"Hal tersebut dikontribusikan dari angkutan Garuda Indonesia sebesar 8,34 juta penumpang atau meningkat sebesar 45%, sementara Citilink sebanyak 9,39 juta penumpang naik 10%," pungkasnya dalam keterangan tertulis.

Namun, di tengah kenaikan pendapatan, Garuda Indonesia mencatatkan beban usaha sebesar US$2,38 miliar hingga kuartal III/2024 atau naik dari posisi tahun sebelumnya yang menorehkan beban sebesar US$1,99 miliar. 

Irfan menjelaskan bahwa selaras dengan peningkatan aktivitas penerbangan di fase pascapandemi, GIAA mengalami tekanan kinerja atas beban usaha yang meningkat hingga 20% karena diakibatkan oleh sejumlah faktor. 

"Di antaranya yakni beban pemeliharaan dan perbaikan, beban pelayanan penumpang, beban kebandaraan, hingga beban operasional penerbangan. Hal ini yang akhirnya berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan kinerja yang diyakini dapat berangsur membaik hingga akhir 2024,” ucap Irfan.

Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, GIAA mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$131,22 juta. Jumlah ini naik dari dengan kerugian periode yang sama tahun lalu yakni US$72,38 juta.

 

_______________

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper