Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Anjlok 52,30%, Laba Emiten Grup Sinarmas DSSA Susut jadi US$189,92 Juta

Emiten Grup Sinarmas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) membukukan penurunan laba bersih usai pendapatan anjlok 52,30% sepanjang semseter I/2024.
Wakil Presdie PT Dian Swastatika Sentosa, Tbk, Lokita Prasetya (kiri) saat penandatanganan kerjasama pembentukan perusahaan patungan antara Sinar Mas, Trina Solar Co. Ltd., dan PT PLN (Persero) dalam Forum Bisnis Indonesia-Republik Rakyat China, Senin (16/10/2023). (Dok BPMI Setpres)
Wakil Presdie PT Dian Swastatika Sentosa, Tbk, Lokita Prasetya (kiri) saat penandatanganan kerjasama pembentukan perusahaan patungan antara Sinar Mas, Trina Solar Co. Ltd., dan PT PLN (Persero) dalam Forum Bisnis Indonesia-Republik Rakyat China, Senin (16/10/2023). (Dok BPMI Setpres)

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten energi dan teknologi Grup Sinarmas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) membukukan penurunan laba bersih sepanjang semester I/2024 usai mencatatkan penurunan pendapatan hingga 52,30%.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2024 yang dikutip Minggu (29/9/2024), emiten berkode DSSA ini mencetak pendapatan sebesar US$1,52 miliar atau setara dengan Rp24,93 triliun (Kurs jisdor Rp16.394 per dolar AS). Jumlah tersebut anjlok 52,30% dari periode yang sama pada 2023 sebesar US$3,18 miliar. 

Pendapatan usaha DSSA utamanya disumbang dari pertambangan dan perdagangan batu bara mencapai US$1,40 miliar, turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai US$2,97 miliar. 

Selanjutnya, penyediaan TV kabel dan internet US$64,00 juta, perdagangan bersih menyumbang pendapatan US$45,64 juta, penyediaan tenaga uap dan listrik sebesar US$9,73 juta, dan pendapatan lain-lain US$219,31 ribu.

Seiring turunnya pendapatan, beban pokok penjualan DSSA juga tercatat menyusut 52,66% menjadi US$829,80 juta dari posisi US$1,75 miliar pada semester yang sama tahun lalu.

Laba kotor perseroan pun ambles menjadi US$690,91 juta dibandingkan posisi semester I/2023 senilai US$1,43 miliar. Adapun, laba usaha menurun menjadi US$428,48 juta dari posisi US$951,49 juta pada periode Juni 2023.

Alhasil, setelah dikurangi berbagai macam beban yang dapat diefisienkan, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 40,31% menjadi US$189,92 juta atau setara dengan Rp3,11 triliun, dibandingkan semester I/2023 sebesar US$318,18 juta.

Di sisi lain, jumlah liabilitas perseroan pada semester I/2024 turun dari posisi akhir tahun 2023. Jumlah liabilitas tercatat menjadi US$1,22 miliar turun dari posisi US$1,34 miliar.

Rinciannya, jumlah liabilitas jangka pendek turun menjadi US$556,24 juta dari posisi US$825,66 juta. Sementara liabilitas jangka panjang naik menjadi US$672,54 juta dari posisi US$516,79 juta pada akhir tahun lalu.

Adapun, ekuitas perseroan naik menjadi US$1,85 miliar dari posisi US$1,72 miliar. Sementara, jumlah aset DSSA naik tipis menjadi US$3,08 miliar dari posisi US$3,06 miliar pada akhir tahun lalu.

Rinciannya, jumlah aset tidak lancar turun menjadi US$1,61 miliar dari posisi US$1,66 miliar. Sementara, aset lancar naik menjadi US$1,47 miliar dari posisi US$1,40 miliar.

Targetkan Pendapatan US$3,1 Miliar 2024

Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) menargetkan kenaikan pendapatan menjadi sebesar US$3,1 miliar atau setara Rp50,77 triliun (kurs jisdor Rp16.379) sepanjang 2024. 

Direktur Dian Swastatika Sentosa Alex Sutanto mengatakan pihaknya menargetkan pendapatan menjadi sebesar US$3,1 miliar dengan laba bersih sekitar US$700 juta atau setara dengan Rp11,46 triliun. 

“Target laba kita sekitar US$700 juta, namun tergantung dengan tren harga batu bara,” kata Alex dalam paparan publik, Selasa (25/6/2024). 

Guna dapat merealisasikan target tersebut, DSSA menyusun beberapa strategi bisnis, di antaranya peningkatan produksi batu bara menjadi 50 juta metrik ton. 

Pada bisnis EBT, DSSA juga akan mengembangkan panas bumi atau geothermal dan tenaga surya. Pada segmen pupuk dan bahan kimia, DSSA juga akan meningkatkan penjualan. 

Sementara dalam segmen bisnis teknologi, DSSA akan memperkuat infrastruktur teknologi dan memaksimalkan kerja sama dan investasi pada perusahaan rintisan. 

Adapun, DSSA menganggarkan belanja modal sebesar US$316 juta. Sebagian besar belanja modal akan digunakan untuk pengembangan fiber to the home (FTTH) yaitu sebanyak US$240 juta.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper