Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Cuan Emiten Rokok GGRM, HMSP Cs Usai Cukai Tembakau Batal Naik 2025

Prospek emiten rokok WIIM, GGRM hingga HMSP diramal moncer beberapa waktu ke depan seiring adanya sentimen pembatalan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT).
Prospek emiten rokok WIIM, GGRM hingga HMSP diramal moncer beberapa waktu ke depan seiring adanya sentimen pembatalan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT)./Eusebio Chrysnamurti
Prospek emiten rokok WIIM, GGRM hingga HMSP diramal moncer beberapa waktu ke depan seiring adanya sentimen pembatalan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT)./Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek emiten rokok WIIM, GGRM hingga HMSP diramal moncer beberapa waktu ke depan seiring adanya sentimen pembatalan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT).

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pembatalan penerapan CHT tahun depan kemungkinan akan ikut memperbaiki kinerja fundamental sejumlah emiten rokok.

“Potensi peningkatan penjualan untuk ke depannya jadi ini memang mudah-mudahan semestinya arahnya ke hal tersebut,” kata Nafan saat dihubungi, Selasa (24/9/2024).

Dengan demikian, Nafan memperkirakan, kinerja saham emiten rokok di pasar modal bakal tetap cair tahun depan dengan sentimen CHT kali ini.

“Jadi meningkatkan kinerja fundamental sekaligus untuk meningkatkan likuiditas dari pergerakan sahamnya,” tuturnya.

Nafan memberikan rekomendasi accumulative buy untuk emiten PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM), dengan target harga Rp1.040 per lembar dan Rp1.285 per lembar. Level support diperkirakan berada di level Rp925 per lembar dan Rp880 per lembar.

Sementara itu, rekomendasi accumulative buy turut disematkan untuk PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dengan target harga Rp17.000 per lembar dan Rp18.875 per lembar. Adapun, level support berada di angka Rp15.525 per lembar.

Di sisi lain, Nafan merekomendasikan buy on weakness untuk PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP). Target harga paling konservatif di angka Rp710 per lembar sampai Rp850 per lembar, dengan level support terdekat Rp640 per lembar.

Berdasarkan data RTI Business sampai penutupan perdagangan Selasa (24/9/2024), saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) telah menguat 5,92% ke level Rp16.550 per saham.

Selanjutnya, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) menguat 5,92% ke level Rp775 per saham dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) naik 7,81% ke level Rp1.035 per lembar.

Kendati demikian, PT Kiwoom Sekuritas Indonesia cenderung memberikan rekomendasi netral untuk emiten rokok kendati tarif CHT batal diterapkan tahun depan.

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan masih ada potensi peralihan konsumsi rokok ke produk yang lebih murah di tengah kemungkinan harga rokok yang mahal tahun depan.

“Kemungkinan naiknya harga jual bisa menjadi katalis positif untuk pendapatan dan laba, tetapi perlu dilihat lagi lanjut mengenai efeknya karena kenaikan harga jual juga bisa berpotensi adanya peralihan konsumsi ke rokok yang lebih murah,” kata Azis saat dihubungi, Selasa (24/9/2024).

Selisih harga jual eceran (HJE) saat ini antara rokok SKM tier 1 dan tier 2 cukup besar hingga mencapai 64%, sehingga membuat produk yang lebih murah lebih menarik bagi konsumen.

“Jika penyesuaian HJE tidak dapat mempersempit kesenjangan harga tersebut, maka downtrading kemungkinan akan tetap berlangsung,” tulis Stockbit dalam risetnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani menyampaikan sampai dengan akhir pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang telah diketok pada pekan lalu, pemerintah belum akan menaikkan tarif cukai rokok.

“Posisi pemerintah untuk kebijakan penyesuaian CHT 2025 belum akan dilaksanakan,” ujarnya dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (23/9/2024).

Meski tidak ada penyesuaian, pemerintah berencana mengeluarkan kebijakan alternatif lainnya dengan menyesuaikan harga jual di level industri.

“Tentunya nanti akan kami review dalam beberapa bulan ke depan untuk bisa dipastikan mengenai kebijakan yang akan ditetapkan pemerintah,” lanjutnya.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper