Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan batu bara BUMN, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), digadang-gadang akan mampu membukukan pertumbuhan pendapatan dua digit pada kuartal II/2024.
Berdasarkan konsensus analis Bloomberg Rabu (24/7/2024), PTBA diperkirakan membukukan pendapatan Rp9,90 triliun pada kuartal II/2024. Proyeksi itu naik 11,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya, Bukit Asam diprediksi mencetak laba bersih Rp1,28 triliun pada kuartal II/2024. Estimasi tersebut lebih rendah dari Rp1,61 triliun periode kuartal II/2023.
Sebagai catatan, PTBA mencatatkan pendapatan Rp9,4 triliun atau turun 5,5% secara tahunan pada kuartal I/2024. PTBA juga mencatatkan EBITDA sebesar Rp1,5 triliun.
Sementara itu, beban pokok pendapatan PTBA naik 1,15% menjadi Rp7,99 triliun, dari Rp7,89 triliun secara tahunan.
Meningkatnya beban tersebut membuat PTBA membukukan penurunan laba bruto 31,01% menjadi Rp1,41 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,05 triliun.
Baca Juga
Alhasil, laba bersih PTBA juga tergerus 31,99% menjadi Rp790,9 miliar di kuartal I/2024. Laba bersih ini turun dari Rp1,16 triliun di kuartal I/2023.
Dalam keterangan resminya, PTBA menuturkan pencapaian laba bersih ini didukung oleh peningkatan kinerja operasional PTBA sepanjang kuartal I/2024. Total produksi batu bara PTBA pada kuartal I/2024 mencapai 7,3 juta ton, tumbuh 7% dibanding periode yang sama tahun 2023 yakni sebesar 6,8 juta ton.
Kenaikan produksi ini seiring dengan kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 10% menjadi 9,7 juta ton. Pada kuartal I/2024, PTBA mencatat penjualan ekspor PTBA sebesar 3,8 juta ton atau naik 4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Manajemen Bukit Asam menuturkan tantangan bagi PTBA di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar.
Rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 21% secara tahunan dari US$100,44 per ton pada Januari-Maret 2023 menjadi US$78,9 per ton. Sedangkan rata-rata indeks harga batu bara Newcastle terkoreksi 49% secara tahunan menjadi US$125,76 per ton.
"Karena itu, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baik. Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal," kata Corporate Secretary PTBA Niko Chandra, Rabu (1/5/2024).
Selain itu, PTBA berharap agar pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat segera terealisasi dan memberikan dampak baik bagi kinerja keuangan PTBA.
Untuk periode 2024, lanjut dia, PTBA melakukan perencanaan dengan mencermati perkembangan pasar terkini dan mengantisipasi berbagai faktor yang dinamis. PTBA tahun ini menargetkan produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, penjualan 43,1 juta ton, serta angkutan 33,7 juta ton.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.