Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBOC Tak Beli Emas Dua Bulan Berturut-turut, Bagaimana Prospek Harganya?

Bank sentral China atau PBOC tidak membeli emas dalam dua bulan berturut-turut pada Juni 2024.
Tumpukan emas batangan di kantor pusat YLG Bullion International Co. di Bangkok, Thailand, Jumat (22/12/2023)/Bloomberg-Chalinee Thirasupa
Tumpukan emas batangan di kantor pusat YLG Bullion International Co. di Bangkok, Thailand, Jumat (22/12/2023)/Bloomberg-Chalinee Thirasupa

Bisnis.comJAKARTA - Bank sentral China atau People's Bank of China (PBOC) tidak menambah cadangan emas selama dua bulan berturut-turut pada Juni 2024 saat harga logam mulia tersebut telah menurun dari rekor tertinggi. 

Berdasarkan data resmi yang dirilis pada Minggu (7/7/2024) cadangan emas batangan yang dipegang oleh PBOC tidak berubah pada 72,8 juta troy ounce pada akhir bulan lalu. Sebelumnya, PBOC juga memilih untuk tidak menambah cadangan pada Mei 2024. 

Hal ini mencerminkan berhentinya aksi beli besar-besaran selama 18 bulan, yang telah membantu mendorong komoditas tersebut ke level tertingginya. 

Namun, beberapa analis masih percaya bahwa pembelian akan dilakukan kembali karena China berupaya mendiversifikasi cadangannya dan menjaga mata uangnya dari depresiasi. 

Adapun, diketahui sebanyak 20 bank sentral masih berharap untuk meningkatkan kepemilikan emas mereka pada 2025. Menurut World Gold Council, hal ini didorong oleh meningkatnya risiko geopolitik dan keuangan. 

Terdapat kemungkinan bahwa melonjaknya harga emas telah menghalangi pembelian. Emas telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa di atas US$2.400 per troy ounce pada Mei 2024, dan kemudian terus menurun karena investor mengurangi taruhan pada pemangkasan suku bunga Negeri Paman Sam pada 2024. 

Ketika PBOC juga menerbitkan data mengenai jeda pembelian pada Mei 2024, emas juga mengalami penurunan intraday terbesar dalam hampir tiga tahun. 

Sebelumnya, Senior Investment Strategist DBS Joanne Goh menyatakan bahwa pembelian emas oleh bank sentral masih akan berlanjut karena penurunan nilai mata uang fiat yang sedang berlangsung.

“Saat ini, kami masih overweight terhadap emas, dan kami percaya bahwa kenaikan harga emas masih ada,” jelasnya dalam DBS Chief Investment Officer (CIO) Insights 3Q24: Risk Assets In Play yang dihelat secara daring pada Senin (24/6)

Menurutnya situasi geopolitik yang terus memburuk mendorong bank sentral untuk membeli emas dalam beberapa tahun mendatang. Pasokan emas yang terbatas juga menjadi faktor pendukung lain. 

Chief Investment Officer DBS Asia Utara, Yeang Cheng Ling juga mengungkapkan bahwa China adalah produsen emas besar. Walaupun hanya sekitar 5% dari cadangan devisa China yang berupa emas, menurutnya banyak ruang bagi pemerintah China untuk meningkatkan eksposur atau bobot emas dalam cadangan devisa. 

Warga China juga melihat preferensi budaya terhadap emas, karena komoditas tersebut merupakan simbol kemakmuran dan keberuntungan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper