Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) menjelaskan langkah selanjutnya di bisnis aluminium usai kesepakatan dengan Hyundai Motors Company berakhir.
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat mengatakan pihaknya masih akan mencoba untuk melakukan produksi aluminium sesuai rencana, dengan menggunakan coal power plant atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Setelah PLTA berhasil, kami akan produksi green aluminium. Kami jelas-jelas bilang tahap I kami produksi pakai coal power plant, untuk mengurangi impor dan dolar AS yang keluar dari Indonesia," ujar Christian, di Jakarta, Selasa (14/5/2024).
Christian melanjutkan, ADMR juga akan bertransformasi ke green aluminium, jika PLTA telah siap.
Sementara itu, Direktur ADMR Wito Krisnahadi menjelaskan pihaknya dengan Hyundai sepakat untuk bersama-sama tidak memperpanjang MoU tersebut, yang berakhir di November 2023.
"Masing-masing pihak memang tidak memperpanjang MoU tersebut. Mungkin nanti di lain kali bisa ada kerja sama berikutnya. Tapi saat ini kami melihat belum ada kebutuhan untuk diperpanjang," ucap Wito.
Baca Juga
Baik Hyundai maupun ADMR, menurut Wito sepakat untuk tidak memperpanjang MoU tersebut. Hal ini karena Hyundai masih menunggu PLTA untuk dibangun.
Wito juga menuturkan setelah MoU dengan Hyundai berakhir, menurutnya ADMR telah diminta oleh berbagai pihak untuk menjual aluminiumnya ke mereka. Dia mengatakan, saat ini telah ada tiga traders besar yang tertarik dengan aluminium ADMR.
"Yang dua sudah tanda tangan MoU, dan satu lagi dalam proses. Ada beberapa end consumer juga yang menghubungi kami, meminta produk kami yang akan diproduksi tahun depan," ujarnya.
Dia berharap smelter aluminium ADMR ini dapat mulai berproduksi pada akhir tahun depan. Adapun ADMR berharap nantinya pendapatan dari bisnis aluminium ini dapat berkontribusi sebesar 50% ke pendapatan mulai tahun 2026.