Bisnis.com, JAKARTA - Pricewaterhouse Coopers (PwC), salah satu dari 4 firma akuntansi terbesar dunia (Big Four), mengungkapkan prospek dan tantangan penghimpunan dana di pasar modal Indonesia melalui initial public offering (IPO) pada 2024, usai mencetak rekor pada tahun lalu.
PwC Indonesia Capital Markets and Accounting Advisory Services Leader, Irwan Lau mengatakan tahun 2023 merupakan tahun yang landai bagi IPO global. Aktivitas IPO tahun lalu berjumlah US$121 miliar dari 1.047 emiten. Angka itu turun 31% dari tahun sebelumnya yang memperoleh US$173,3 miliar dari 1.154 IPO.
"Meskipun IPO tahun 2023 lebih landai di tingkat global, namun Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dalam jumlah dan besaran dana yang dihimpun melalui IPO, sehingga Indonesia menjadi negara dengan kinerja terkuat di Asia Tenggara pada tahun 2023," ujar Irwan dalam riset, Senin (4/3/2024).
Sebagai pengingat, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor 79 emiten baru sepanjang 2023, dengan total penggalangan dana sebesar US$3,55 miliar atau Rp54,14 triliun. Capaian itu meningkat 34% dari tahun 2022.
Sementara itu di pasar global, Irwan mengatakan China memimpin sebagai pasar IPO terbesar dengan perolehan dana US$45,3 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dengan US$24 miliar dan India dengan US$6,6 miliar.
Di wilayah Asia Tenggara dan Hong Kong, tercatat ada 228 emiten IPO dan menghasilkan total US$11,37 miliar pada tahun 2023. Adapun, Indonesia menyumbang 51% dari total jumlah IPO di wilayah tersebut, dan memperoleh keuntungan dari 65% dana yang dihimpun. Alhasil, Indonesia dinilai sebagai pemain terbaik di pasar IPO Asia Tenggara.
Baca Juga
Hong Kong menempati posisi kedua dalam hal jumlah perusahaan tercatat dengan 73 emiten, dan perolehan dana sebesar US$5,94 miliar. Thailand dan Malaysia juga memberikan kontribusi sebanyak 37 dan 32 perusahaan IPO, yang masing-masing menghasilkan dana sebesar US$1,06 miliar dan US$0,79 miliar.
"Sementara itu, pasar IPO Singapura lebih tenang, dengan hanya tujuh transaksi yang berhasil mengumpulkan dana sebesar US$0,03 miliar, yang menunjukkan tahun yang lebih tenang bagi negara tersebut," katanya.
Menurut Irwan, capaian impresif pasar IPO Indonesia pada 2023 ditopang dari perusahaan di sektor energi terbarukan, hingga penambangan material dasar kendaraan listrik seperti nikel yang berhasil meluncurkan IPO skala besar atau menyumbang 78% dari total dana yang dihimpun pada 2023.
Tantangan IPO Indonesia 2024
Irwan mengatakan, pada 2024 Indonesia menghadapi peluang dan tantangan. Meskipun tahun-tahun Pemilu secara historis meningkatkan sektor-sektor tertentu seperti barang konsumsi, transportasi, dan perhotelan, hal-hal tersebut juga membawa ketidakpastian yang sering kali mengarah pada perilaku investasi yang lebih berhati-hati.
“Antisipasi terhadap kebijakan ekonomi baru pasca pemilu cenderung membuat investor lebih berhati-hati dan memilih strategi 'wait and see' di awal tahun 2024," jelasnya.
Terlebih, ditambah dengan kondisi ketidakpastian geopolitik global, maka menurutnya hal ini menciptakan lingkungan yang menantang dan memerlukan navigasi yang cerdik oleh manajer bisnis, investor, maupun pembuat kebijakan atau regulator.
Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, pasar modal Indonesia dinilai tetap menjadi pilihan yang baik bagi perusahaan-perusahaan dengan model bisnis kuat yang mencari pendanaan eksternal.
"Bursa Efek Indonesia memperkirakan akan ada 60-65 penawaran umum perdana pada tahun 2024. Target ini, diimbangi dengan pandangan yang optimis, mengakui dampak Pemilu dan sekaligus menggarisbawahi potensi dunia usaha di Indonesia dalam lingkungan perekonomian yang dinamis," pungkasnya.