Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Selasa (4/7/2023). Rupiah menguat bersama dengan mayoritas mata uang lain di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,24 persen atau naik 35,5 poin sehingga parkir di Rp14.994 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,01 persen atau naik 0,006 poin ke 102,66.
Di kawasan Asia Pasifik, mayoritas mata uang bergerak di zona hijau terhadap dolar AS. Kenaikan tertinggi dialami won Korea Selatan yang naik 0,53 persen. Kemudian yuan China menyusul dengan kenaikan 0,49 persen dan ringgit Malaysia menguat 0,28 persen.
Mata uang lain yang juga menguat adalah baht Thailand sebesar 0,15 persen, peso Filipina naik 0,13 persen dan yen Jepang terapresiasi 0,12 persen terhadap greenback.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menyebutkan bahwa dolar cenderung diperdagangkan dengan ketat menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli.
Dolar melemah pada Senin setelah rilis data manufaktur yang mengecewakan. IMP manufaktur Institute for Supply Management (ISM) turun menjadi 46,0 dari 46,9 pada Mei dan merupakan rekor terendah sejak Mei 2020.
Baca Juga
Survei ISM konsisten dengan sinyal resesi ekonomi, tetapi hal ini diperkirakan belum menjadi alasan kuat bagi The Fed untuk menghentikan pengetatan kembali pada akhir bulan, mengingat masih ada data tenaga kerja yang akan dirilis pada Jumat pekan ini.
“Pasar saat ini memperkirakan peluang kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin di 88 persen pada pertemuan Juli 2023, mengingat tren inflasi masih jauh di atas kisaran target bank sentral,” tulis Ibrahim.
Namun, Bank Sentral Eropa kemungkinan akan melanjutkan serangkaian kenaikan suku bunga dengan kemungkinan kenaikan lain akhir bulan ini. Hal ini berangkat dari kondisi ekspor Jerman yang turun pada Mei 2023 dan menjadi sinyal sulitnya serapan produk manufaktur.
Dari dalam negeri, pemerintah memastikan inflasi 2023 akan berada dalam kisaran target yang ditetapkan. Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Juni 2023 yang bertepatan dengan Hari Raya Iduladha bertengger di level 3,52 persen secara tahunan (yoy) atau kembali dalam rentang target sasaran 3 persen plus minus 1 persen.
Sementara itu, secara bulanan, terjadi inflasi sebesar 0,14 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Mei 2023 yang sebesar 0,09 persen month-to-month (mtm). Sedangkan capaian inflasi hingga pertengahan tahun 2023 tetap terkendali dan kembali masuk kisaran target inflasi.
Secara bersamaan, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat menguat ke level 52,5 pada Juni 2023 dibandingkan bulan sebelumnya di level 50,3. Laju ekspansi sektor manufaktur di Tanah Air ini merupakan salah satu peningkatan paling cepat yang diamati selama 1,5 tahun terakhir dan tergolong kuat secara keseluruhan.
“Laju PMI manufaktur Indonesia pada Juni 2023 menunjukkan adanya peningkatan kesehatan sektor manufaktur selama 22 bulan berturut-turut dan terjadi ekspansi. Ekspansi tersebut didukung oleh meningkatnya permintaan baru selama Juni 2023. Bisnis baru mendatang meningkat secara solid setelah sedikit turun pada Mei 2023. Hal ini karena kondisi permintaan yang lebih baik mendukung pertumbuhan,” lanjut Ibrahim.
S&P Global memandang sentimen secara keseluruhan di sektor manufaktur Indonesia bertahan positif pada Juni 2023. Tingkat kepercayaan diri berbisnis naik ke posisi tertinggi sejak April 2023 di tengah harapan untuk peningkatan lebih lanjut pada kondisi bisnis dan penjualan.
Namun, tingkat sentimen positif tetap berada di bawah rata-rata selama 8 bulan berturut-turut pada akhir kuartal kedua.
Dengan melihat serangkaian sentimen ini, Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif pada perdagangan besok, Rabu (5/7/2023), namun ditutup menguat di rentang Rp14.970—Rp15.060 per dolar AS.