Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Grup Bakrie, Riwayat dan Sepak Terjang Visi Media Asia (VIVA)

Sejauh ini tercatat ada 11 emiten Grup Bakrie yang ada di BEI, termasuk Visi Media Asia (VIVA). Simak riwayat dan sepak terjang emiten sektor media tersebut.
Wakil Presiden Direktur Viva,co,id Anindra Ardiansyah Bakrie (Ardi Bakrie). Bisnis/Abdullah Azzam
Wakil Presiden Direktur Viva,co,id Anindra Ardiansyah Bakrie (Ardi Bakrie). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten induk Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) tinggal selangkah lagi memboyong anak usahanya PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) untuk menggelar penawaran umum perdana (intial public offering/IPO) saham pada 16 Juni nanti. Sejauh ini, tercatat ada 11 emiten Grup Bakrie yang telah melantai di Bursa, termasuk emiten yang bergerak di bidang media, PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA).

Sebagai informasi, VIVA didirikan sejak tahun 2004 dengan nama PT Semesta Kolina, dan mulai beroperasi pada 2005. VIVA menjadi induk usaha yang membawahi beberapa perusahaan Bakrie yang bergerak di bidang media, yakni tvOne (PT Lativi Mediakarya), ANTV (PT Cakrawala Andalas Televisi, anak usaha MDIA), dan media online VIVA.co.id (PT Viva Media Baru).

VIVA menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 21 November 2011 dengan menawarkan 1,67 miliar saham dengan nominal Rp100 per saham. Pada saat IPO, VIVA menawarkan harga Rp300 per saham, dan berhasil meraup dana segar Rp500,1 miliar.

Berdasarkan catatan pemberitaan Bisnis, pada saat penawaran perdana, saham VIVA sempat meroket hingga menyentuh level tertinggi Rp450 per saham. Dalam aksi korporasi itu, perseroan menunjuk PT Ciptadana Securities dan PT Danatama Makmur sebagai penjamin pelaksana emisi (underwriter).

Diperebutkan Konglomerat Media

Dua tahun berselang, tepatnya pada 2013 santer beredar isu bakal dijualnya saham PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) seiring makin besarnya utang induk usaha PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR). VIVA masuk daftar aset Bakrie yang akan dilego untuk melunasi utang induk usaha.

Dari pemberitaan yang beredar, keluarga Bakrie disebut-sebut akan melego perusahaan yang terdiri dari stasiun televisi berita tvOne, ANTV, dan portal berita daring VIVA.co.id sebesar US$1,2 miliar hingga US$2 miliar.

Penjualan saham VIVA pun ramai diperbincangkan, hingga diperebutkan oleh beberapa konglomerat media, salah satunya yakni pemilik PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) Hary Tanoesoedibjo.

Awalnya, Hary Tanoe mengakui telah melakukan pembicaraan dengan pihak Bakrie. Dia membidik sekitar 51 persen saham dan menyiapkan dana US$2 miliar untuk membeli saham VIVA. 

Tak hanya Hary Tanoe, taipan media Chairul Tanjung yang memiliki CT Corps juga kepincut untuk mengakuisisi saham VIVA. Adapun, Chairul Tanjung memiliki beberapa jaringan media seperti Trans 7, Trans TV, dan media online Detik.com, CNNIndonesia.com, dan CNBCIndonesia.com.

Dana yang disiapkan CT untuk membeli saham VIVA saat itu disebut-sebut mencapai US$1,8 miliar.

Kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Anindya Bakrie mengakui perusahaannya telah ditawar oleh beberapa pihak termasuk oleh taipan media Chairul Tanjung. Ketika dimintai konfirmasi terkait ketertarikan Chairul Tanjung untuk membeli Grup VIVA, Anindya menegaskan bagi perusahaan publik pembelian dan penjualan saham sudah biasa dilakukan di pasar modal.

"Kalau namanya perusahaan terbuka, setiap hari kan orang jual beli (saham), itu hal biasa. Setiap hari ada, artinya, kinerja perseroan ada di jalan yang benar," ungkapnya di Jakarta pada Senin, (8/4/2013).

Tak hanya itu, Erick Thohir yang saat itu menjabat sebagai CEO dan Presiden Direktur VIVA juga disebut-sebut memiliki peluang paling besar untuk menguasai VIVA. Erick sendiri sesungguhnya juga masuk jajaran pengusaha media, yakni pemilik media Republika dan jaringan radio melalui Grup Mahaka Radio Integra (MARI).

Kendati demikian, kabar penjualan saham VIVA tersebut akhirnya mengambang. Beberapa pihak, termasuk Hary Tanoe menyebut pihak Bakrie batal menjual tvOne dan ANTV kepada MNC.

Sentimen Pemilu

Pada Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden 2014 lalu, saham VIVA milik Grup Bakrie sempat anjlok terutama setelah menyiarkan hasil hitung cepat (quick count) yang memenangkan pasangan Prabowo-Hatta atas Jokowi-JK, atau berbeda dengan siaran di media lainnya.

Pada 10 Juli 2014, saham VIVA anjlok 6,7 persen ke posisi Rp250 per saham. Sehari setelahnya, saham VIVA kembali terperosok 6,40 persen ke level Rp234 per saham.

Berdasarkan data Bareksa, pada penutupan perdagangan 23 Juli 2014 harga saham VIVA berada di level Rp200. Artinya, hanya dalam tempo satu tahun, harga saham induk stasiun tvOne, ANTV dan Portal VIVA.co.id itu sudah mencapai minus 47 persen dari harga pada 23 Juli 2013 yaitu Rp385.

Setelah sentimen pemilu mereda, di tahun-tahun selanjutnya, perseroan terus melakukan aksi korporasi untuk mendanai kegiatan usaha maupun pembayaran utang perseroan.

Misalnya, pada 2019 VIVA melakukan melakukan penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement dengan menerbitkan saham baru 1,6 miliar saham dengan nominal Rp100 per saham.

Tujuan private placement tersebut untuk pembayaran sebagian utang berdasarkan Senior Facility Agrement yang jatuh tempo pada Oktober 2019 (akhir tahun kedua dari tenor senior facility agreement) sebesar US$9,4 juta yang menjadi kewajiban PT Lativi Mediakarya, entitas anak perusahaan.

Adapun jika ditinjau kinerja keuangan terbaru, VIVA juga menderita rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,72 triliun sepanjang 2022. Naik 93,39 persen dari rugi sebesar Rp890,12 miliar pada 2021.

Rugi perseroan disebabkan karena turunnya pendapatan usaha 6,26 persen menjadi Rp1,69 triliun pada 2022, dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp1,81 triliun. Selain itu, VIVA juga mencatatkan defisiensi ekuitas sebesar Rp1,58 triliun.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper