Bisnis.com, JAKARTA - Pemangkasan kuota ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sudah mulai berlaku awal bulan ini. Emiten minyak sawit Grup Sinar Mas menyatakan dukungannya pada kebijakan tersebut.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali memberlakukan pengurangan rasio kuota hak ekspor CPO. Dengan adanya kebijakan ini, maka rasio penjualan ke luar negeri dan pemenuhan DMO dipangkas menjadi 1:4. Artinya, produsen hanya bisa melakukan ekspor sebanyak 4 kali dari jumlah pemenuhan pasokan dalam negeri.
Investor Relation PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. (SMAR) Pinta Sari Chandra mengatakan sampai saat ini, Pemerintah telah melakukan beberapa kali perubahan rasio kewajiban pasar domestik dan ekspor produk sawit, menyesuaikan dengan dinamika perubahan pasokan dan konsumsi dalam negeri.
"SMART mendukung kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dan terus memantau perkembangan situasi pasar," katanya kepada Bisnis, dikutip Minggu (14/5/2023).
Pinta mengatakan, pendapatan Perseroan memang dipengaruhi oleh ekspor dan dari pergerakan harga pasar internasional. Namun penjualan lokal dan penjualan ekspor Perseroan memiliki komposisi yang hampir berimbang.
"Sebagian besar penjualan ekspor SMAR ditujukan ke India/Pakistan, China, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan sebagainya. Terkait adanya kebijakan ini kami menjalin komunikasi yang baik dengan negara-negara tujuan ekspor," jelasnya.
Pinta mengatakan, industri minyak sawit merupakan industri yang penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia. Perseroan optimistis kebijakan pemerintah bersifat strategis untuk menjaga daya saing industri sawit dalam jangka panjang.
Lebih lanjut, konsumsi domestik Indonesia kurang dari 40 persen dari produksi minyak sawit di Indonesia sehingga setelah memenuhi kebutuhan domestiknya, Indonesia memiliki kapabilitas untuk memenuhi kebutuhan minyak sawit dunia.
Pada 2022 sendiri SMAR membukukan laba jumbo sebesar Rp5,50 triliun, naik signifikan 94,59 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021 sebesar Rp2,83 triliun.
Rekor kinerja SMAR itu ditopang oleh kinerja penjualan bersih yang naik 31,65 persen secara tahunan menjadi Rp75,05 triliun dari Rp57,00 triliun pada 2021. Hal tersebut seiring dengan menguatnya harga pasar CPO dan meningkatnya volume penjualan.
Dalam laporannya, PT SMART Tbk. mencatatkan hasil produksi TBS dan produk sawit pada 2022 sedikit meningkat didukung kondisi cuaca yang membaik. Perseroan mencatat produksi TBS 2022 sebesar 2,48 juta ton, naik 2 persen dari 2,42 juta ton pada 2021. Dominasi produksi TBS masih dari kebun inti Perseroan yang mencapai 1,95 juta ton (turun 1 persen), sedangkan dari kebun plasma 529.621 ton (naik 18 persen).
Sementara itu, produksi produk sawit juga naik 4 persen menjadi 729.028 ton selama 2022, yang terbagi atas minyak sawit mentah (CPO) sebesar 571.771 ton dan palm kernel (PK) 157.257 ton.
Untuk target 2023, manajemen berkomitmen terus mengembangkan kapabilitas dalam memenuhi permintaan akan produk yang lebih sehat dan diproduksi secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan keunggulan Perseroan sebagai perusahaan agribisnis terintegrasi berbasis teknologi.
“Produk kebun tahun 2023 ditargetkan tumbuh hingga 3 persen dengan asumsi cuaca yang mendukung,” ungkap manajemen SMAR dalam paparan publik tahunan.
Selain itu, alokasi belanja modal 2023 direncanakan sekitar Rp2 triliun, terutama untuk program peremajaan kembali kebun, peningkatan kapasitas pemrosesan produk bernilai tambah seperti minyak inti sawit, gliserin dan ester, serta peningkatan fasilitas logistik.
Secara industri, perseroan menilai posisi pasokan dan permintaan global diperkirakan tetap ketat. Pertumbuhan pasokan dibatasi oleh kelangkaan pembukaan kebun baru, terkait adanya moratorium dan aktivitas peremajaan kembali di industri.
Selain itu, adanya permintaan akan mandat biodiesel B35 dari Pemerintah Indonesia menjadi sentimen yang positif di tengah perkiraan akan terjadinya pelambatan ekonomi global.
“Prospek industri secara jangka panjang tetap kuat didukung oleh produktivitas yang tinggi, harga yang kompetitif, aplikasi penggunaan yang luas, dan juga kondisi cuaca yang tidak menentu yang dapat mendukung harga CPO.”
Grup Sinar Mas (SMAR) Tanggapi Pemangkasan Ekspor CPO
Grup Sinar Mas, PT SMART Tbk. (SMAR) mendukung kebijakan Pemerintah memangkas ekspor CPO untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri (DMO).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
11 jam yang lalu
Ada yang Masuk & Borong Jumbo Saham PGAS Jelang Tutup 2024
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
8 menit yang lalu
TBS Energi Utama (TOBA) Raih Pendanaan US$15 Juta dari ADB dan DBS
38 menit yang lalu