Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Orang Terkaya Indonesia Low Tuck Kwong Borong Saham Batu Bara Bayan (BYAN) Rp142 Miliar

Lagi-lagi, orang terkaya Indonesia Low Tuck Kwong kembali memborong saham batu bara PT Bayan Resources Tbk. (BYAN).
Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong

Bisnis.com, JAKARTA — Low Tuck Kwong, Konglomerat batu bara, lagi-lagi memborong saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN). Terbaru, orang terkaya di Indonesia versi Forbes ini merogoh kocek hingga Rp12,89 miliar untuk mengempit 681.100 lembar saham BYAN.

Transaksi pembelian saham batu bara emiten berkode saham BYAN tersebut dilakukan satu kali pada tanggal 7 Maret 2023.

Berdasarkan keterbukaan informasi pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/3/2023), raja batu bara Indonesia yang menjadi orang terkaya RI tersebut membeli 681.100 saham BYAN dengan harga rata-rata Rp18.937,86. Dengan demikian Low Tuck Kwong menggelontorkan dana sebesar Rp12,89 miliar untuk menambah kepemilikan sahamnya di BYAN.

Beberapa waktu terakhir, Low Tuck Kwong memang getol membeli saham BYAN. Jika ditotal, sepanjang 2023, setidaknya tercatat ada enam kali pembelian (termasuk yang terakhir) dengan total pembelian Rp142,16 miliar.

Melalui transaksi tersebut, kepemilikan Low Tuck Kwong menjadi 20,32 miliar lembar saham atau persisnya 20.324.558.670 lembar saham atau setara 60,97 persen. Adapun transaksi tersebut dilakukan dengan tujuan investasi dan berlangsung pada 22-27 Februari 2023.

Pada periode 2–6 Januari 2023, Low Tuck Kwong tercatat memborong 1,74 juta saham BYAN dengan harga Rp20.802 per saham atau senilai Rp36,25 miliar.

Selanjutnya, pada 16-20 Januari 2023, Low Tuck Kwong kembali menambah muatan sebanyak 2,37 juta saham BYAN senilai Rp47,5 miliar pada harga Rp20.033,30 per saham.

Berikutnya, pada 30–31 Januari 2023 dan 1-3 Februari 2023, Low Tuck Kwong juga memborong saham BYAN senilai Rp21,24 miliar.

Lalu, pada 13-17 Februari, Low Tuck Kwong kembali memborong saham BYAN sebanyak 742.200 saham dengan harga rata-rata Rp18.763,31 per saham. Dengan demikian Low Tuck Kwong menggelontorkan dana sebesar Rp13,93 miliar.

Selanjutnya, pada periode 22-27 Februari 2023, raja batu bara RI tersebut membeli 559.500 saham BYAN dengan harga rata-rata Rp18.507,51 senilai total Rp10,35 miliar.

Pada penutupan perdagangan Selasa (7/3/2023), saham BYAN terkoreksi 1,06 persen atau 200 poin ke level 18.600. Saham BYAN sudah terkoreksi 11,43 persen sepanjang 2023, di tengah tren pelemahan harga batu bara. Meski demikian, dalam 1 tahun terakhir, saham BYAN sudah menghijau 418,47 persen.

Adapun, price earning ratio (PER) BYAN berada di posisi 18,74 kali. Sementara price to book value (PBV) BYAN berada di posisi 17,38 kali.

Saat ini Low Tuck Kwong masih menjadi pemegang saham mayoritas BYAN dengan 20,32 miliar saham atau setara 60,96 persen. Kemudian investor ritel tercatat memegang 9,67 miliar (9.679.422.830) saham atau setara 29,03 persen, disusul PT Sumber Suryadana Prima sebanyak 3,33 miliar saham atau 10 persen. Total jumlah saham BYAN yang tersebar saat ini mencapai 33,33 miliar (33.333.335.000).

Peringkat Orang Terkaya RI Low Tuck Kwong Turun

Low Tuck Kwong masih tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires, per Rabu (7/3/2023), kekayaan raja batu bara Indonesia itu tergerus US$467 juta atau turun 1,79 persen menjadi US$25,7 miliar. Dengan kekayaan yang dimilikinya, Low Tuck Kwong berada pad aperingkat 55 orang terkaya di dunia.

Padahal sepekan sebelumnya, per Rabu (1/3/2023), data Forbes Real Time Billionaires mencatat orang terkaya RI itu berada di peringkat 52 orang paling tajir sedunia dengan kekayaan US$26 miliar. Adapun, pada 7 Desember 2022, Forbes mencatat kekayaan Dato Low Tuck Kwong ‘hanya’ sebesar US$12,1 miliar.

Sebagai orang terkaya di Indonesia nomor wahid saat ini, Low Tuck Kwong tak hanya mendapat pundi-pundi cuan dari sektor batu bara, tapi juga dari kontribusinya di perusahaan energi baru terbarukan (EBT) di Singapura Metis Energy dan perusahaan sistem kabel bawah laut SEAX Global.

Adapun, dalam daftar orang kaya Forbes, duo Bos Djarum, Budi Hartono dan Michael Hartono, keduanya memiliki kekayaan total sebesar US$47,7 miliar per 7 Desember 2022.

Harga Batu Bara Sudah Turun 44 Persen Sejak Awal Tahun

Pada perdagangan Selasa (7/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle tercatat US$ 180 per ton pada pukul 18.00 WIB. Secara year to date, harga batu bara sudah turun 44,38 persen dari harga akhir Desember 2022 sebesar US$323,60 per ton.

Sepekan sebelumnya, pada perdagangan Rabu (1/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 194,1 per ton. Kala itu, secara year to date, harga batu bara sudah turun 40 persen dari harga akhir Desember 2022 sebesar US$323,60 per ton.

Sementara itu, harga batu bara acuan (HBA) Februari 2023 berada di angka US$ US$277,05 per ton atau turun 9,2 persen dari harga acuan bulan sebelumnya di level US$305,21 per ton. 

Sementara berdasarkan data rekapitulasi Kementerian ESDM per 24 Februari 2023, harga jual batu bara dengan nilai kalori 3.400 kcal GAR (gross caloric value) berada di angka US$61,69 per ton, 4.200 GAR berada di level US$74,48 per ton, 4.700 GAR dijual dengan harga US$93,2 per ton, 5.500 GAR dibanderol di harga US$125,6 per ton dan 6.000 GAR berada di angka US$193,33 per ton. 

Seperti diketahui, HBA diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.

Adapun NEX dan GCNC adalah indeks yang digunakan untuk memperhitungkan harga batu bara asal Australia yang relatif lebih mahal dengan kalori tinggi. Sementara eksportir Indonesia mayoritas menggunakan ICI dan Platt’s untuk penjualan komoditas mereka dengan harga dan kalori yang lebih rendah. 

Dengan demikian, terdapat selisih harga jual dari HBA sebagai patokan tarif royalti yang terpaut lebar yang mesti ditanggung pelaku usaha. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Gajah Kusumo
Editor : Gajah Kusumo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper