Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kiprah Risjadson Group di Lantai Bursa, Tersisa Indo Kordsa (BRAM)

PT Risjadson Suryatama tercatat menguasai 5,61 persen saham PT Indo Kordsa Tbk. (BRAM) per 31 Desember 2022.
Pabrik PT Indo Kordsa Tbk/www.indokordsa.com
Pabrik PT Indo Kordsa Tbk/www.indokordsa.com

Bisnis.com, JAKARTA – Konglomerat Risjadson Group melalui PT Risjadson Brunsfield Nusantara dikabarkan merupakan salah satu dari investor yang menyatakan minat di Ibu Kota Negara (IKN)

Tercatat, sebanyak 59 investor sudah menyatakan minat berinvestasi di IKN dan antre menunggu Surat Izin Prakarsa Proyek (SIPP) dari pemerintah.

Kepala Otorita IKN Nusantara (OIKN) Bambang Susantono mengatakan dari jumlah tersebut, 3 pelaku usaha sudah mendapatkan SIPP atau letter to proceed untuk membangun hunian bagi para ASN dan aparat.

"Semoga proses selanjutnya dapat segera tuntas dan bisa langsung tancap gas pada awal tahun 2023 ini," ujar Bambang via siaran pers seperti dikutip pada Selasa (3/1/2023).

Ketiga investor yang sepakat membenamkan modal di proyek IKN adalah PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), PT Risjadson Brunsfield Nusantara-CCFG Corp (Konsorsium Nusantara), dan Korea Land and Housing Corporation (KLHC).

Adapun punggawa Risjadson Group, yakni almarhum Ibrahim Risjad memiliki rekam jejak panjang di bursa saham. Ibrahim Risjad merupakan satu dari empat pengusaha yang dekat dengan pemerintah era Presiden Soeharto. Gang of Four demikian biasa disebut. Selain Ibrahim terdapat nama Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, Djuhar Sutanto, dan Sudwikatmono.

Pada 1994, Henry Liem, yang merupakan sepupu Sudono Salim dan Ibrahim Risjad terlibat akuisisi PT PP London Sumatra Tbk. (LSIP) dari pemegang saham asal Inggris, Harrisons & Crossfield senilai US$283 juta. Konsorsium Ibrahim Risjad pada 1996 juga membawa LSIP melantai di Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta.

Namun, saham Risjad dan Herny di LSIP dikabarkan menghilang pada 2004, dan kepemilikan mayoritas LSIP beralih ke konglomerat Eddy Kusnadi Sariaatmadja, sampai akhirnya dijual ke Salim Group pada 2007.

Selain LSIP, Gang of Four juga berhasil mendirikan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk, pada 4 Agustus 1975. Kemudian melakukan diversifikasi bisnis dengan mendirikan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)

BRAM & AKPI

Berdasarkan penelusuran Bisnis, kepemilikan Risjadson Group yang paling terlihat di emiten yang tercatat saat ini adalah pada perusahaan kain ban PT Indo Kordsa Tbk. (BRAM). PT Risjadson Suryatama tercatat menguasai 5,61 persen saham BRAM per 31 Desember 2022.

Adapun BRAM dan PT Indo Kordsa Polyester (IKP) baru saja melakukan penggabungan usaha (merger). Aksi korporasi tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada 19 Desember 2022 lalu.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (4/1/2023). perseroan dan IKP telah menandatangani akta penggabungan usaha, di mana BRAM dan IKP setuju untuk menggabungkan diri dengan perseroan, menjadi perusahaan penerima penggabungan dan IKP statusnya berakhir karena hukum.

Nilai transaksi penggabungan usaha adalah Rp646,24 miliar yang merupakan nilai pasar wajar atas seluruh saham IKP per tanggal 31 Juli 2022, sebagai perusahaan yang menggabungkan diri

Sementara itu, Nawa Panduta atau Napam Group yang dirintis oleh Henry Lim, saat ini masih tercatat mengendalikan saham produsen plastik film PT Argha Karya Prima Industry Tbk. (AKPI). Nawa Panduta menjadi pengendali dengan mengempit 15,05 persen saham AKPI.

Salah satu anak Ibrahim Risjad, yakni Amirsjah Risjad menduduki kursi komisaris AKPI, bersama dengan Henry Liem.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper