Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan global bond yang dilakukan pemerintah Indonesia dinilai merupakan strategi yang tepat guna menghimpun dana dan menghindari sentimen negatif yang mungkin akan muncul pada akhir tahun.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, penerbitan global bond oleh pemerintah Indonesia dilakukan pada waktu yang tepat. Hal ini mengingat posisi imbal hasil (yield) obligasi AS (US Treasury) yang tengah melemah.
“Timing penerbitannya juga tepat karena bila dilakukan di akhir tahun ini dapat terpengaruh oleh sentimen tapering atau peningkatan fed fund rate,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (22/7/2021).
Selain itu, penerbitan global bonds saat ini juga didukung oleh yield efektif pada negara-negara dengan rating utang BBB seperti Indonesia sedang rendah sehingga menurunkan risiko penerbitan bagi pemerintah.
“Melihat dari yield obligasi korporasi AS dengan rating BBB di kisaran 2,17 persen, tingkat imbal hasil yang diberikan Indonesia juga tidak akan jauh berbeda,” katanya.
Kondisi imbal hasil untuk mata uang euro juga tengah berada di level yang rendah. Menurut Fikri, hal tersebut semakin mengurangi risiko pemerintah Indonesia dalam pembayaran kupon di masa depan.
Baca Juga
Ia melanjutkan, penerbitan global bonds juga akan meningkatkan aliran dana asing (capital inflow) ke Indonesia. Sehingga, tingkat likuiditas pasar obligasi di dalam negeri juga akan ikut menguat.
Selain itu, emisi obligasi global dinilai merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi pemulihan ekonomi yang akan terjadi ke depannya. Fikri menjelaskan, sejak awal masa pandemi, investor dalam negeri, terutama sektor perbankan, mendominasi likuiditas di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Ia menuturkan, apabila pemulihan ekonomi akan terjadi pada kuartal IV/2021 atau awal tahun depan, investor perbankan akan mengurangi kepemilikannya terhadap obligasi negara guna menyalurkan kredit.
“Dengan penerbitan global bond ini, diharapkan pasar SBN memiliki bantalan yang cukup untuk menahan volatilitas saat perbankan melepas kepemilikan SUN,” imbuh Fikri.
Fikri melanjutkan, minat investor terhadap global bonds kali ini juga positif seiring dengan spread imbal hasil antara obligasi AS dan SUN Indonesia yang sedang tinggi. Hal tersebut menjanjikan keuntungan yang signifikan bagi para investor di luar negeri.
Dengan variasi tenor panjang yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, Fikri memprediksi mayoritas investor akan berasal dari lembaga pengelola kekayaan negara (sovereign wealth fund) atau pengelola dana pensiun.
“Mereka memiliki exposure jangka panjang dan biasanya tingkat suku bunga atau yieldnya juga rendah. Ini akan sangat menarik untuk mereka,” jelasnya.