Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semester I/2021, Kinerja Dana Kelolaan Reksa Dana Menurun

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir paruh pertama tahun ini akumulasi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana secara industri adalah Rp536,11 triliun, turun 6,5 persen.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Keluarnya dana haji dari instrumen reksa dana menjadi salah satu penyebab industri investasi kolektif mengalami penurunan dana kelolaan signifikan di akhir semester I/2021. Manajer investasi pun berstrategi untuk kembali mengerek dana kelolaan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir paruh pertama tahun ini akumulasi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana secara industri adalah Rp536,11 triliun.

Jumlah tersebut terpantau turun 6,53 persen dibandingkan NAB per akhir Desember 2020 lalu yang sebesar Rp573,54 triliun. Adapun penurunan bulanan paling tajam terjadi pada Mei 2021.

Di rapor AUM bulan Mei, dana kelolaan reksa dana tiba-tiba menyusut lebih dari Rp30 triliun atau turun 5,59 persen menjadi Rp536,28 triliun, dari posisi Rp568,02 triliun per akhir April 2021.

Jika dilihat berdasarkan jenis, reksa dana terproteksi menyumbang penurunan terbesar yakni susut Rp39,87 triliun atau 28,79 persen dalam sebulan, menjadi Rp98,61 triliun dari sebelumnya Rp138,61 triliun.

Penurunan dana kelolaan reksa dana jelang akhir semester I/2021 tersebut akibat Badan Pengelola Dana Haji menarik dananya dari instrumen reksa dana, khususnya dari sejumlah produk reksa dana terproteksi syariah yang dikelola beberapa manajer investasi terpilih.

Alhasil, hal itu juga turut berdampak pada rapor dana kelolaan masing-masing MI pengelola, sehingga mereka mencatat pertumbuhan aset under management (AUM) negatif di semester I/2021.

Salah satu yang ikut merasakan dampaknya adalah PT Bahana TCW Investment Management atau Bahana TCW.

Manajer investasi pelat merah ini mencatat penurunan dana kelolaan sebesar 11,38 persen sepanjang tahun berjalan hingga akhir Juni 2021, menjadi Rp42,33 triliun dari semula Rp46,54 triliun per akhir Desember 2020.

Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif PT Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan sepanjang semester I/2021 perseroan mencatat pertumbuhan dana kelolaan positif dari bulan ke bulan, tetapi akhirnya anjlok karena aksi redemption BPKH dengan nilai sekitar Rp5 triliun.

“Di luar redemption dana haji itu kita positif terus, secara akumulasi sudah naik sekitar Rp1,8 triliun hingga Rp2 triliun dari tahun lalu. Tapi keluar Rp5 triliun, jadi mundur lagi kita,” ujar Soni kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia menuturkan, sepanjang tahun berjalan jumlah pembelian reksa dana atau subscription paling banyak berasal dari jenis reksa dana pasar uang. Maka dari itu, Bahana TCW mengandalkan produk dari kelas aset ini untuk menjaring dana kelolaan di sisa tahun.

Menurutnya, di tengah kondisi ketidakpastian dan gejolak pasar yang masih berlangsung hingga saat ini investor cenderung memilih instrumen investasi yang minim risiko seperti pasar uang sehingga produk tersebut laris manis.

“Saya lihat di kondisi sekarang orang nggak pede-pede amat masuk investasi, asal nggak bangkrut saja sudah lumayan,” imbuhnya.

Apalagi, kata Soni, mengingat suku bunga saat ini sangat rendah, jika dibandingkan dengan deposito bank, imbal hasil yang ditawarkan produk reksa dana pasar uang terbilang bersaing sehingga menarik minat investor.

“Money market kita returnnya cuma 4,9 persen tapi ternyata udah satu semester ini subscriptionnya sudah hampir Rp2 triliun. Kita aja bikin sampai produk baru yang plus, yang syariah pasar uang, semua dihajar investor,” tutur Soni.

Untuk itu dia optimistis dana kelolaan Bahana TCW masih bisa terus bertumbuh hingga akhir 2021, meski kemungkinan besar tak lagi mencapai target yang dipatok di awal tahun yakni Rp60 triliun.

“Tadinya tahun ini target sekitar Rp60 triliun tapi kayaknya nggak tercapai karena yang kemarin itu, apalagi sekarang kondisi masih begini, nyari instrumen juga susah, pasar masih khawatir. Kita moderate saja, syukur kalau masih sama AUM-nya [dengan tahun lalu],” pungkas Soni.

Terpisah, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan di awal tahun dia memproyeksi dana kelolaan reksa dana secara industri dapat menyentuh Rp600 triliun di akhir tahun ini seiring optimisme pemulihan pasar dan pertumbuhan investor reksa dana yang kian pesat.

Namun, seiring dengan kondisi pasar yang masih volatil dengan kecenderungan tertekan di paruh pertama tahun ini, ditambah dengan keluarnya dana haji, Wawan merevisi targetnya menjadi sekitar Rp550 triliun.

Dia mengatakan pertumbuhan investor baru reksa dana akan menjadi salah satu motor penggerak kenaikan AUM di sisa tahun ini. Selain itu, ada pula dana segar yang masuk ke industri yakni dari dana pemupukan BP Tapera.

“Minat masyarakat yang besar kita harap bisa menambal yang kosong kemarin, ada BP Tapera juga meski nggak terlalu besar,” tutur Wawan baru-baru ini.

Wawan memperkirakan reksa dana pasar uang akan menjadi penyumbang terbesar karena rata-rata investor baru masuk dari kelas aset ini, begitu pula dengan investor insitusi yang kerap memilih pasar uang sebagai tempat parkir dana mereka.

Di sisi lain, dia menyebut tantangan akan datang dari reksa dana terproteksi yang mana minat investor mulai meredup seiring dengan wacana relaksasi pajak obligasi yang berpotensi membuat investor langsung membeli obligasi dan tidak melalui reksa dana lagi.

“Seperti BPKH kemarin, begitu ada relaksasi pajak mereka langsung keluar. Ini kalau pajak obligasi juga jadi ikut direlaksasi bisa terjadi hal yang sama karena otomatis institusi tidak tertarik lagi ke reksa dana terproteksi,” jelasnya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper