Bisnis.com, JAKARTA - PT Indofarma Tbk. (INAF) menunjuk Warjoko Sumedi sebagai Sekretaris Perusahaan yang baru. Penunjukkan Warjoko Sumedi berbarengan dengan kinerja saham perseroan yang merosot dalam sepekan terakhir.
Warjoko ditetapkan sebagai Sekretaris Perusahaan terhitung sejak 22 Desember 2020. Ia menggantikan Arie Genipa Suhendi.
"Bersama surat ini kami sampaikan bukti website Perseroan tanggal 25 Desember 2020 yang memuat pemberitahuan perubahan Sekretaris Perusahaan," kata Arief Pramuhanto, Direktur Utama dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat (25/12/2020).
Sementara itu, dilihat di laporan tahunan perusahaan, Warjoko Sumedi memiliki latar belakang ilmu ekonomi manajemen. Sejak bergabung di Indofarma, dirinya menekuni bidang aset dan perbendaharaan. Sebelum menjabat sebagai sekretaris perusahaan, pria kelahiran Boyolali ini juga pernah menjabat berbagai posisi, antara lain :
- Tax Manager PT Indofarma Global Medika (2020)
- Head of Finance, Accounting, Tax, & IT PT Indofarma Global Medika (2016-2020)
- Finance Manager PT Indofarma (Persero) Tbk (2012-2016)
- Treasury Assistant Manager PT Indofarma (Persero) Tbk (2007-2011)
Di sisi lain, dalam sepekan terakhir harga saham Indofarma melorot 6,47 persen. Pada penutupan perdagangan Rabu (23/12/2020), saham INAF turun 0,98 persen ke level 4.050. Pada sesi tersebut, total perdagangan saham INAF mencapai 5,23 juta lembar dengan nilai transaksi Rp21,13 miliar.
Kendati turun, bila ditarik sejak awal tahun, kenaikan saham Indofarma sangat fantastis, yaitu naik 365 persen. Kenaikan saham INAF tidak terlepas dari katalis positif, yaitu vaksinasi. Selain INAF, saham PT Kimia Farma Tbk. juga melonjak 239 persen sejak awal tahun (year to date).
Baca Juga
Sebagai anak usaha dari PT Bio Farma (Persero), baik Indofarma dan Kimia Farma dipastikan bakal terlibat dalam proses vaksinasi Covid-19. Indofarma sebelumya memastikan komitmen dari perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, Novavax Inc. dalam pembelian produk jadi vaksin Covid-19.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan perseroan sudah berkontrak dengan Novavax untuk pembahasan pengadaan vaksin tersebut. Hasilnya, Arief mengaku perseroan dimungkinkan untuk pembelian dengan maksimal total 130 juta dosis.
"Jadi supply commitment ada binding volume sebesar 30 juta dosis dan nonbinding volume 100 juta dosis. Binding adalah volume yang mengikat atau minimum volume. Jadi, kami bisa pesan lebih dari 30 juta, dengan maksimum total 130 juta dosis," katanya, belum lama ini.