Bisnis.com - JAKARTA - Ibarat bekerja dalam senyap, nilai tukar rupiah berhasil mencetak penguatan lima pekan secara beruntun. Sejumlah faktor mulai dari pengesahan omnibus law hingga pemulihan ekonomi China disebut menjadi penunjang penguatan rupiah.
Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 25 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp14.625 Selasa (27/10/2020). Adapun pada perdagangan kemarin, rupiah juga menguat 10 poin ke posisi Rp14.650 per dolar AS.
Sepanjang pekan ini, sesi perdagangan hanya berlangsung selama dua hari (26-27 Oktober) karena pemerintah menetapkan cuti bersama pada 28 Oktober dan 30 Oktober menyusul hari libur nasional pada 29 Oktober, yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Untuk diketahui, rupiah sudah menguat empat pekan. Dalam rentang waktu 2 Oktober hingga 23 Oktober 2020, penguatan nilai rupiah berkisar antara 27 poin hingga 165 poin. Alhasil, penguatan dalam dua sesi terakhir membuat rupiah menguat lima pekan secara beruntun.
Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet mengatakan sebelumnya penguatan rupiah tidak terlepas dari mulai masuknya kembali aliran modal asing ke Indonesia. Hal ini didukung oleh sejumlah sentimen positif seperti pengesahan omnibus law UU Cipta Kerja.
Yusuf melanjutkan, tren positif rupiah juga ditopang kondisi keuangan global yang stabil setelah sembuhnya presiden AS, Donald Trump dari virus corona. Hal tersebut juga ditambah dengan kelanjutan stimulus fiskal di AS.
Baca Juga
"Selain itu, pemulihan ekonomi China juga merupakan berita baik bagi emerging market termasuk Indonesia," jelasnya saat dihubungi pada Senin (26/10/2020)
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra sebelumnya mengatakan dalam empat pekan terakhir rupiah menguat, ditopang oleh mulai kembalinya para investor asing ke pasar Indonesia.
Dia mengatakan, bergairahnya para investor asing disebabkan oleh prospek vaksin Covid-19 yang akan segera disalurkan dalam waktu dekat. Hal itu tercermin dari aksi beli bersih atau net buy investor asing di pasar saham senilai Rp128 miliar kemarin.Adapun hari ini net buy tercatat Rp108,24 miliar.
Meski demikian, Ariston mengatakan, tren kenaikan rupiah masih cenderung terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh lonjakan kasus positif virus corona pada beberapa wilayah di dunia.
Lebih lanjut, kabar simpang siur terkait kejelasan paket stimulus AS juga menghambat laju penguatan nilai rupiah.Ketidakpastian tersebut membuat para pelaku pasar masih memilih untuk memegang dolar AS.
"Mereka cenderung menahan diri masuk ke Indonesia karena masih banyak ketidakpastian dari luar," tambahnya.