Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham China berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini, Rabu (6/5/2020), perdagangan pertama di bulan Mei setelah libur panjang.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Shanghai Composite berakhir menguat 0,63 persen ke level 2.878,14. Adapun indeks CSI 300 ditutup menanjak 0,61 persen ke level 3.936,25 setelah sempat merosot lebih dari 1 persen di tengah perubahan sentimen secara global.
Saham perusahaan teknologi dan telekomunikasi berada di antara yang mencatat kenaikan terbesar pada perdagangan hari ini. Saham Gigadevice Semiconductor (Beijing) Inc. menguat 10 persen dan saham Shenzhen Sunway Communication Co. naik 4,9 persen.
Oleh analis, reaksi ini dipandang sebagai tanda kepercayaan atas upaya China menjaga stabilitas pasar dan kemampuannya untuk pulih dari dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap ekonomi.
Sementara itu, nilai tukar yuan melemah 0,4 persen ke level 7,091 per dolar AS dan nilai tukar mata uang offshore-nya menguat 0,25 persen.
“Perdagangan pertama hari ini menunjukkan bahwa para pedagang daratan memperhitungkan dengan kepercayaan yang lebih tinggi atas pemulihan ekonomi China,” ujar Dai Ming, fund manager di Hengsheng Asset Management Co., Shanghai.
Baca Juga
Investor memiliki kesempatan pertama sejak 30 April untuk bereaksi terhadap kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan politik Negeri Tirai Bambu dengan AS, yang mengancam merusak kesepakatan perdagangan yang ditandatangani hanya beberapa bulan lalu.
Satu sinyal kunci untuk mata uang tersebut datang dari penetapan nilai tukar harian bank sentral China hari ini, yang hanya sedikit lebih kuat dari perkiraan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah mungkin ingin membatasi volatilitas.
“Sentimen pasar tidak terlalu terpengaruh oleh perseteruan verbal antara China dan AS,” terang Zhou Hao, seorang ekonom di Commerzbank AG, Singapura.
“Harapannya tetap ada bahwa China akan berkomitmen untuk kesepakatan perdagangan. Dan lagi, diketahui secara luas bahwa bagi para pejabat China stabilitas pasar sangat penting,” jelasnya.
Pasar China dibuka kembali dalam kondisi tidak seperti pada bulan Februari pascalibur Tahun Baru, ketika bursa saham jatuh hingga 9,1 persen dan yuan mencatat pelemahan terburuk dalam enam bulan.
Sejak itu, daftar panjang stimulus moneter dan fiskal telah meredakan kekhawatiran atas anjloknya permintaan domestik, dan pasar telah stabil hingga saat ini.
Untuk pasar saham, investor kini memperhitungkan prospek ekonomi global lesu yang dapat menghambat pemulihan pendapatan perusahaan.
“Saya tidak berharap untuk melihat rally yang kuat pada saham A dan pasar kemungkinan akan tetap terikat dalam kisaran,” tutur Ma Cheng, Chairman Shenzhen Juze Investment Management Co.