Bisnis.com, JAKARTA — PT Elnusa Tbk. (ELSA) menerapkan sejumlah diversifikasi portofolio yang diklaim menjadi penopang pertumbuhan kinerja secara tahunan pada 2018.
Head of Corporate Communications Elnusa, Wahyu Irfan mengatakan perseroan telah menerapkan sejumlah strategi di tengah kondisi industri migas yang beranjak mulai membaik namun belum stabil. Emiten berkode saham ELSA itu menggenjot jasa distribusi dan logistik energi serta jasa hulu migas berbasis non aset yang bertujuan untuk beradaptasi dan tetap tumbuh.
Perubahan strategi tersebut, sambungnya, menggeser tingkat persentase margin yang ada. Dari sebelumnya medium to high menjadi low to medium margin.
“Namun dari sisi revenue, strategi tadi meningkatkan revenue sehingga laba bersih yang dihasilkan merupakan hasil terbaik dengan kondisi industri minyak dan gas,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (19/2).
Dalam siaran pers, Selasa (19/2), Elnusa melaporkan pendapatan usaha Rp6,6 triliun pada 2018. Realisasi tersebut menurut perseroan naik 33% dari Rp4,9 triliun pada 2017.
Sementara itu, laba bersih yang dikantongi emiten bersandi ELSA itu tercatat mengalami pertumbuhan 11,74% secara tahunan. Jumlah yang dibukukan naik dari Rp247 miliar pada 2017 menjadi Rp276 miliar.
Baca Juga
Direktur Utama Elnusa Tolingul Anwar mengklaim strategi menggenjot jasa hulu migas berbasis non aset serta distribusi dan logistik energi mengerek pendapatan usaha perseroan. Dari situ, perseroan mampu mengamankan pertumbuhan sekitar 33% secara tahunan pada 2018.
Tolingul mengatakan peningkatan kinerja jasa hulu migas berbasis non aset dilakukan dengan memenangkan peluang-peluang bisnis engineering, procurement, construction – operation dan maintenance (EPC-OM) dengan kontrak bersifat multiyears.
Selanjutnya, peningkatan volume throughput terjadi di jasa distribusi dan logistik energi melalui unit usaha seperti jasa transportasi BBM, perdagangan BBM industri marine maupun manajemen depo.
“Secara komposisi pendapatan, jasa hulu migas memberikan kontribusi sebesar 40% dan jasa distribusi logistik energi sebesar 56%, sedangkan sisanya sebesar 4% disumbangkan oleh jasa penunjang. Kami meyakini bahwa hasil ini tergolong wajar ditengah kondisi industri migas saat ini karena mulai membaiknya harga minyak tidak serta merta menaikkan harga jasa hulu migas,” ujarnya.
Dia menyatakan optimistis kinerja ELSA akan lebih baik lagi pada tahun mendatang. Hal ini ditopang dengan perolehan kontrak multiyears yang telah diterima di bisnis non aset, jasa distribusi dan logistik energi, serta nilai tambah total solution services yang diberikan untuk jasa klien.