Bisnis.com, JAKARTA – PT Prodia Widyahusada Tbk. berhasil mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp1,12 triliun perkuartal III/2018. Angka tersebut naik sebesar 7,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Tak hanya itu, laba emiten bersandi saham PRDA itu juga tumbuh sebesar 7,7% menjadi Rp106,49 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya senilai Rp98,90 miliar. EBITDA perseroan meningkat menjadi Rp166,02 miliar dari Rp155,78 miliar pada kuartal III/2017.
"Di tengah kondisi pasar yang penuh dengan tantangan, kami tetap dapat mempertahankan kinerja keuangan yang solid," kata Direktur Utama Prodia Widyahusada Dewi Muliaty, Selasa (30/10/2018).
Dia menjelaskan, pertumbuhan pendapatan bersih tersebut berasal segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang masing-masing sekitar 32,97% dan 31,38%. Kontribusi dari segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi sekitar 20,65% dan 15,00% terhadap pendapatan Perseroan.
Menurut Dewi, pencapaian kinerja perseroan Prodia yang positif untuk sembilan bulan tahun ini mencerminkan fokus bisnis yang berkelanjutan.
"Kami fokus pada keunggulan layanan pemeriksaan kesehatan yang berkualitas terdepan dan penggunaan teknologi untuk mempermudah pelanggan dalam menikmati layanan."
Dia menambahkan, perseroan tetap berupaya untuk meningkatkan efisiensi dari kegiatan operasional internal untuk meningkatkan performa keuangan. Kata dia, kinerja selama sembilan bulan ini menunjukkan bahwa PRDA dapat mempertahankan arus kas dan likuiditas yang kuat di tengah kondisi yang penuh tantangan.
Total Aset
Per 30 September 2018, total aset PRDA mencapai Rp1,84 triliun, yang terdiri dari aset lancar senilai Rp1,08 triliun dan aset tidak lancar Rp752,89 miliar. Sedangkan, total liabilitas turun sekitar 24,3% menjadi Rp 367,29 miliar dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai Rp485,11 miliar.
Adapun total liabilitas jangka pendek turun menjadi Rp115,62 miliar dari Rp147,11 miliar pada tahun sebelumnya. Total liabilitas jangka panjang Rp251,67 miliar turun dari Rp337,99 miliar pada tahun lalu.
"Ini disebabkan oleh penurunan liabilitas jangka pendek lainnya senilai Rp17,5 miliar atau sebesar 48% yang disebabkan oleh penurunan hutang pembelian aset pada 2018," jelasnya.
Selain itu, utang bank jangka panjang jatuh tempo 1 tahun juga turun senilai Rp12,3 miliar atau sebesar 74,8% akibat pembayaran cicilan hutang dan tidak adanya penambahan atas utang bank sampai dengan periode September 2018. Total ekuitas perseroan naik menjadi Rp1,47 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,36 triliun.
Dari sisi arus kas, PRDA berhasil mempertahankan arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi per 30 September 2018 dalam posisi surplus menjadi Rp127,06 miliar, atau naik sebesar 74,3% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 72,90 miliar.
"Hal ini menunjukkan keberhasilan perseroan dalam menghasilkan arus kas yang tinggi dengan dukungan kenaikan arus kas masuk dari pelanggan," kata dia.
Direktur Keuangan Prodia Widyahusada Liana Kuswandi menambahkan, per 30 September 2018 perseroan telah menggunakan dana hasil penawaran umum senilai Rp430,35 miliar dari total dana hasil IPO Rp1,14 triliun.
Dari total dana tersebut, Rp294,78 miliar digunakan untuk pengembangan jejaring outlet, Rp55,56 miliar untuk peningkatan kemampuan dan kualitas layanan, dan sekitar Rp80 miliar untuk modal kerja. PRDA mengalokasikan 67% untuk mengembangkan dan memperbesar jejaring layanan, 19% digunakan untuk pengembangan layanan laboratorium, dan 14% digunakan untuk modal kerja.
"Per 30 September 2018, perseroan telah memiliki 290 outlet di 33 provinsi dan 121 kota yang di antaranya terdiri dari 141 laboratorium," kata dia.