Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemda Jawa Barat Masih Jajaki Instrumen Obligasi Daerah

Pemerintah Jawa Barat masih membuka peluang untuk menerbitkan obligasi daerah guna membiayai proyek infrastruktur di Jawa Barat, meskipun rencana semula penerbitan obligasi daerah untuk proyek Bandara Kertajati urung dilakukan.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (dari kiri), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, disaksikan Kepala OJK Jabar Joko Sarwono, Asisten Daerah Setda Jabar Eddy Nasution, Dirut PT Bank BJB Tbk Ahmad Irfan, dan Direktur PT Bursa Efek Indonesia Alpino Kianjaya menekan layar sentuh sebagai tanda pembukaan perdagangan saham di Jakarta, Selasa (27/2)./JIBI-Dedi Gunawan
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (dari kiri), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, disaksikan Kepala OJK Jabar Joko Sarwono, Asisten Daerah Setda Jabar Eddy Nasution, Dirut PT Bank BJB Tbk Ahmad Irfan, dan Direktur PT Bursa Efek Indonesia Alpino Kianjaya menekan layar sentuh sebagai tanda pembukaan perdagangan saham di Jakarta, Selasa (27/2)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah Jawa Barat masih membuka peluang untuk menerbitkan obligasi daerah guna membiayai proyek infrastruktur di Jawa Barat, meskipun rencana semula penerbitan obligasi daerah untuk proyek Bandara Kertajati urung dilakukan.

Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat, mengatakan bahwa lama dan rumitnya proses persiapan penerbitan obligasi daerah menyebabkan Jawa Barat tidak jadi menggunakan instrumen tersebut untuk mendukung pembiayaan proyek bandara Kertajati.

Aher, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa semula pemda Jawa Barat menjajaki tiga instrumen sekaligus untuk mendukung pembiayaan proyek ini, yakni obligasi daerah, reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) dan pinjaman sindikasi perbankan syariah daerah.

Sekitar dua pekan lalu, penerbitan RDPT dan kesepakatan pinjaman dari sindikasi perbankan syariah daerah justru sudah rampung. RDPT mengambil alih 18% saham atas kerja sama operasi (KSO) pengelolaan bandara Kertajati dengan nilai sekitar Rp2,5 triliun.

Sementara itu, PT Angkasa Pura II menguasai 20%, lalu BUMD Jawa Barat PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) masih menguasai 60%. Sebesar 2% sisanya dimiliki oleh koperasi karyawan pemerintah daerah Jawa Barat.

Aher mengatakan, secara regulasi, kepemilikan pemerintah yang diwakili oleh BUMD tidak boleh kurang dari 51%. Oleh karena itu, masih ada ruang untuk melepas 9% lagi saham PT BIJB kepada investor strategis.

“Obligasi kami tinggalkan sementara waktu, tetapi ke depan akan ada lagi proyek-proyek infrastruktur daerah Jawa Barat yang cukup besar. Dengan adanya kemudahan dengan peraturan yang direvisi OJK insyaallah ke depan Jabar akan maju lagi untuk terbitkan obligasi,” katanya, Selasa (27/2/2018).

Aher mengatakan, saat ini pemda Jabar masih mengambil jeda terlebih dahulu setelah merampungkan kesepakatan RDPT dan sindikasi perbankan. Pekan mendatang, pemda akan kembali menginventarisir proyek-proyek lain yang bisa perlu dikerjakan secara cepat dan tidak bisa sepenuhnya mengandalkan APBD.

Aher mengatakan, salah satu proyek besar yang berpotensi membutuhkan tambahan dana dari penerbitan obligasi daerah yakni Unesco Global Geopark di Ciletuh, Pelabuhan Ratu. Proyek di atas lahan seluas 148.000 hektare tersebut membutuhkan pengembangan infrastruktur yang massif.

Pemda Jabar belum sepenuhnya memutuskan proyek apa saja yang akan dikembangkan di kawasan tersebut. Yang pasti, sektor pariwisata adalah yang akan diunggulkan di sana.

Aher sendiri mengeluhkan masih rumitnya proses penerbitan obligasi daerah, yang mengharuskan pemda untuk memperoleh pemenuhan syarat-syarat dari banyak pihak, seperti DPRD, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, BPK dan BPKP.

Semula, dirinya menargetkan Jawa Barat menjadi daerah pertama yang menerbitkan obligasi daerah untuk proyek Bandara Kertajati. Namun, dengan tantangan yang ada, rencana tersebut gagal terealisasi. Pemda Jabar masih akan memilih proyek lainnya yang layak.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper