Bisnis.com, JAKARTA--Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) bersiap meluncurkan Sistem Resi Gudang (SRG) mobile yang terintegrasi dengan Pasar Lelang Komoditas (PLK) pada Juni 2016. Skema baru ini bertujuan menstabilkan harga produk dan memudahkan aktivitas jual beli.
Dalam pertemuan bertajuk Modernisasi Infrastruktur SRG dan PLK untuk Ekonomi Kerakyatan di Era Perdagangan Digital, Kepala Bappebti Sutriono Edi menekankan pentingnya integrasi SRG dengan PLK.
Sebagai sarana pembiayaan, SRG menjadi instrumen yang mereposisi kembali harga komoditas pertanian sebagai barang yang bernilai ekonomis. Artinya, resi dapat digunakan untuk jaminan memeroleh kredit dari bank maupun lembaga keuangan lainnya.
Petani pun memiliki sumber keuangan untuk modal, sehingga tidak lagi bergantung pada pinjaman tengkulak yang berbunga tinggi.
Sistem Resi Gudang juga berfungsi menstabilkan harga komoditas dengan mengatur besaran volumen penjualan, karena harga bisa turun di kala stok berlimpah.
Selain itu, produk dapat ditingkatkan nilainya melalui gudang. Misalnya, SRG tidak menjual gabah, tapi mengolah dan membungkusnya menjadi beras dalam kemasan, sehingga harga bisa lebih tinggi.
Untuk memaksimalkan fungsi SRG, Bappebti akan menyatukannya dengan PLK dalam sistem SRG mobile. Pada tahap awal yang ditargetkan beroperasi Juni 2016, dua daerah yang menjadi proyek percontohan (pilot project) ialah Tasikmalaya dan Ciamis.
Menurut Edi, melalui SRG mobile petani dan produsen akan mendapatkan manfaat lainnya seperti, kemudahan registrasi anggota SRG, melakukan transaksi resi gudang, mengakses harga harian komoditas, dan melakukan pasar lelang.
"Integrasi SRG dan PLK menyelesaikan masalah dari hulu sampai hilir dan akan mendekatkan pelaku usaha, khususnya petani, kepada pasar," ujarnya di Jakarta, Rabu (10/2/2016).
Bulan lalu, sudah terbit beleid baru yang mendung integrasi SRG dan PLK, yakni Peraturan Pemerintah No. 1/2016 tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang. Dalam hal ini, pemerintah telah menunjuk Jamkrindo sebagai lembaga penjamin.
Lembaga penjaminan akan melindungi pemilik resi gudang dan/atau pihak pembiayaan bila terjadi kegagalan, ketidakmampuan, dan kebangkrutan pengelola gudang. Dengan demikian, stabilitas SRG semakin terjaga.
Edi mengakui sistem SRG mobile tidak mudah diaplikasikan karena membutuhkan kecakapan dalam penggunaan gagdget untuk bertransaksi online. Oleh karena itu, bersama pemangku kepentingan lainnya seperti Pemda, asosiasi, dan kelompok-kelompok tani perlu menggencarkan sosialisasi.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor Rina Oktaviani mengatakan, sistem online dalam SRG memungkinkan produsen memiliki pasar yang lebih luas. Pasalnya, selama ini satu resi gudang hanya melayani pembelian langsung di daerahnya.
Petani pun terus mendapatkan data harga terbaru, sehingga dia dapat memilih kapan akan menjual produknya. "Malah produsen bisa memutuskan untuk menjual langsung, tidak masuk ke gudang," tuturnya.
Sistem Resi Gudang bisa menjadi standar kualitas suatu produk atau memberikan nilai tambah pasca panen. Misalnya, SRG yang berfokus karet. Adanya fasilitas ini membuat industri alas kaki semakin mudah mencari bahan baku dengan mutu yang seragam.