Bisnis.com, JAKARTA--Sektor logam industri bergerak bervariasi. Tembaga menjadi yang paling cemerlang karena terdorong data ekonomi China sementara timah justru merana di tengah kelebihan pasokan.
Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim mengatakan tembaga sedang dinaungi oleh serangkaian sentimen positif.
"Banyak sentimen yang mempengaruhi harga tembaga terus membaik," katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (30/6/2014).
Dari segi permintaan, harga tembaga ditopang oleh membaiknya data perekonomian China.
Ibrahim memprediksi data manufaktur China akan menunjukkan perbaikan. Paling tidak data itu bakal ada di kisaran 50 yang berarti menunjukkan ekspansi.
Mengutip dari Bloomberg, sejumlah ekonom memprediksi purchasing managers' index resmi China bakal naik menjadi 51 selama Juni dari 50,8 pada bulan Mei.
Hal ini lantas meningkatkan proyeksi permintaan dari Negeri Tirai Bambu tersebut.
Pasalnya China tercatat sebagai pengguna tembaga terbesar di dunia. Di sisi lain tembaga juga didukung oleh pelemahan nilai dolar Amerika Serikat.
Tembaga, yang berdenominasi dalam dolar AS, menjadi lebih murah bagi pelaku pasar. Tak heran jika permintaannya pun meningkat seiring melemahnya nilai tukar greenbuck.
Pelemahan ini, kata Ibrahim, adalah imbas dari keputusan Bank Sentral AS, Federal Reserve (the Fed) untuk mempertahankan suku bunganya di level rendah.