Bisnis.com, JAKARTA—PT Wijaya Karya (Wika) Beton Tbk. mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) sebanyak 17,13 kali dalam penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) anak usaha PT Wijaya Karya Tbk. itu.
Hal itu terungkap dalam keterangan resmi yang diperoleh dari PT Bahana Securities sebagai salah satu joint lead underwriter yang bertindak sebagai manajer penjatahan IPO Wika Beton.
Direktur Keuangan Wika Beton Entus Asnawi Mukhson menuturkan adanya kelebihan permintaan tersebut merupakan salah satu bentuk kepercayaan investor institusi domestik dan internasional maupun ritel terhadap kondisi perusahaan perseroan.
“Mereka yakin dengan potensi pertumbuhan perseroan di masa mendatang,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (7/4).
Menurutnya, salah satu pertimbangan investor dalam berinvestasi pada saham perdana Wika Beton adalah kemampuan perseroan dalam menguasai pasar dan teknologi beton pracetak di Indonesia.
Dengan kapasitas produksi yang mencapai 2 juta ton pada tahun lalu, sebagai produsen beton di Indonesia dan Asia Tenggara merupakan salah satu keunggulan komparatif Wika Beton.
Rencana ekspansi perseroan dalam waktu dekat ini, antara lain pembangunan pabrik baru di Lampung, Cilegon, dan Makassar, serta penguasaan quarry untuk memberikan kepastian suplai material alam dalam mengantisipasi pertumbuhan proyek infrastruktur di Indonesia yang memiliki potensi sangat besar.
Dengan demikian, Wika Beton memiliki momentum untuk terus berkembang dalam mewujudkan misi sebagai pemimpin pasar beton pracetak di Asia Tenggara.
Calon emiten dengan kode saham WTON itu akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (8/4), dengan harga perdana telah ditetapkan sebesar Rp590 per saham.
Dari aksi korporasi itu, secara keseluruhan perseroan berhasil memperoleh dana segar sebesar Rp1,2 triliun dari hasi penjualan perdana saham.
Perseroan menerbitkan sebanyak 2,04 miliar saham baru atau setara dengan 23,47% dari komposisi pemegang saham. Adapun alokasi untuk karyawan atau employee stock allocation (ESA) telah ditetapkan sebanyak 3% dari saham yang diterbitkan itu.