Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG dan Sentimen Pasar Sebelum Pidato Nota Keuangan Prabowo

IHSG berpotensi capai rekor baru didorong pidato keuangan Prabowo, meski analis ragu keberlanjutan tren ini tanpa dukungan likuiditas asing.
Anggara Pernando, I Putu Gede Rama Paramahamsa
Jumat, 15 Agustus 2025 | 06:24
Investor mencari informasi harga saham di Depok, Jawa Barat. Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mencari informasi harga saham di Depok, Jawa Barat. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menembus rekor baru pada perdagangan hari ini, Jumat, (15/8/2025).

Potensi itu didorong euforia pidato kenegaraan dan nota keuangan yang dibacakan hari ini oleh Presiden Prabowo. Pidato ini akan mencakup perkembangan pemerintahan dan rencana strategis ke depan. Presiden juga akan membacakan asumsi perekonomian 2026 seperti nilai tukar, inflasi, hingga target produksi minyak dan gas (lifting) sepanjang 2026.

Adapun pada perdagangan kemarin, IHSG telah ditutup pada level tertinggi sepanjang masa di level 7.931,25. Level ini mencerminkan kenaikan 32,89% dari titik terendahnya pada era pemerintahan Presiden Prabowo yang telah berumur 300 hari.

IHSG berada pada level terendah dalam 10 bulan terakhir dalam harga rata-rata 5.967,98 pada 9 April 2025.

Sementara itu, dalam 5 tahun terakhir, indeks composite pernah berada pada titik lebih rendah di level 3.937,63 pada 24 Maret 2020.

Saham yang menjadi penopang indeks menguat dalam statistik bursas efek Indonesia terutama dari konglomerat Toto Sugiri hingga Prajogo Pangestu.

Tiga saham sebagai pendorong penguatan terbesar untuk IHSG adalah Dci Indonesia (DCII) milik Toto (menambah IHSG +344,16), Dian Swastatika Sentosa (DSSA) dari Sinar Mas (+211,24), hingga Barito Pacific (BRPT) milik Prajogo Pangestu (+85,6).

Sementara itu saham yang menjadi penahan laju kencang IHSG disumbang oleh saham bank besar hingga ritel raksasa. Saham pemberat IHSG sepanjang tahun berjalan adalah BMRI (membebani IHSG -75,61), BBCA (-57,42), BYAN (-33,83), AMRT (-23,75), GOTO (-16,98), ADRO (-15,18), MEGA (-10,09), ICBP (-9,23), UNTR (-8,51) dan ritel MAPA (-8,35)

Keraguan Analis Saham
Meski berada dalam tren positif, sejumlah analis meragukan level IHSG akan bertahan dalam jangka panjang karena belum mencerminkan kinerja emiten di dalamnya termasuk kebutuhan tambahan likuiditas dari investor asing untuk mempertahankan level rekor tertinggi ini.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia menerangkan kendati IHSG hari ini telah ditutup di level tertingginya, tetapi Kiwoom masih memasang target konservatif IHSG akhir tahun di level 7.500. Salah satu alasannya, pasar perlu memastikan arus masuk dana asing ke pasar modal Indonesia.

Menurutnya, reli IHSG saat ini lebih dipengaruhi rebalancing MSCI yang memasukkan sejumlah saham Tanah Air ke dalam jajaran indeks, seperti PTRO dan CUAN. Hal itu dinilai telah menjadi daya tarik masuknya dana asing ke Indonesia.

"Kalau The Fed jadi menurunkan suku bunga September dan BI menurunkan suku bunga sekali lagi, kami akan lebih optimis IHSG di range 7.800–8.000,” kata Liza kepada Bisnis, Kamis (14/8/2025).

Saham Penopang IHSG per 14 Agustus 2025 Ytd

Emiten Kenaikan YTd Dampak ke IHSG
DCII 699,64% +344,16
DSSA 148.65% +211,24
BRPT 150.00% +85.60
TLKM 26.20% +80.38
CDIA 760.53% +43.92
TPIA 22.67% +38.20
ANTM 89.51% +27.95
CASA 95.58% +23.02
EMTK 106.30% +20.70
CUAN 44.51% +20.08

Sumber: IDX, per 14 Agustus 2025

Senada, Community and Retail Equity Analyst Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus menilai, kendati peluang penguatan IHSG melaju di level 8.000 terbuka lebar, tetapi sentimen pemangkasan suku bunga akan menjadi sentimen dominan dalam laju IHSG ke depannya.

Terlebih, kondisi geopolitik global tengah membaik, dengan terdapat kepastian dagang antara AS–Indonesia selepas perjanjian tarif AS.

“Katalis yang perlu dicermati adalah penurunan suku bunga the Fed harus sesuai ekspektasi pasar yaitu turun pada bulan September. Jika terjadi hal-hal di luar ekspektasi maka menjadi kejutan untuk market dan bisa berdampak sebaliknya,” katanya, Kamis (14/8/2025).

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan juga menilai, laju IHSG ke level 8.000 tengah terbuka dengan cukup lebar, selepas minimnya sentimen negatif dari ketegangan geopolitik dan kebijakan pemerintah AS.

Hanya saja, penguatan IHSG saat ini lebih terjadi karena masuknya arus dana asing ke pasar modal Indonesia. Ekky menilai, reli IHSG belum mencerminkan perbaikan kinerja fundamental perusahaan-perusahaan di dalamnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro