Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Harga CPO Makin Subur Tembus 4.500 Ringgit Akhir 2025

Harga CPO diprediksi tembus 4.500 ringgit/ton akhir 2025 didorong permintaan India dan harga minyak kedelai AS, meski ada risiko koreksi harga.
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) diprediksi bisa tembus 4.500 ringgit Malaysia per ton pada akhir 2025. Sejumlah katalis dinilai bakal mendorong potensi kenaikan harga tersebut.

Presiden Komisaris HFX International Berjangka Sutopo Widodo menerangkan, salah satu potensi penguatan harga CPO datang dari kebutuhan India untuk impor minyak kelapa sawit mentah. Hal itu telah berdampak ke penguatan harga CPO berjangka Agustus dan September yang telah menembus level 4.200 ringgit Malaysia per ton.

Sutopo menyitir pernyataan Dewan Minyak Sawit Malaysia yang memproyeksikan permintaan yang meningkat dari India menjelang festival Diwali pada pertengahan Oktober 2025 mendatang.

"Melihat prospek hingga akhir 2025, ada kemungkinan harga CPO menembus 4.500 ringgit Malaysia per ton, terutama jika momentum permintaan dari India tetap kuat," katanya, dikutip Rabu (23/7/2025).

Selain potensi permintaan dari India, momentum bullish harga CPO juga terjadi lantaran harga minyak kedelai dari AS yang tinggi, yang turut membuat minyak sawit lebih kompetitif sebagai alternatif.

"Meskipun ada kenaikan bea ekspor Malaysia menjadi 9% untuk Agustus dan pelemahan ekspor di awal Juli, faktor-faktor pendorong dari sisi permintaan dan harga minyak nabati global lainnya tampaknya lebih dominan," katanya.

Meskipun begitu, potensi koreksi harga CPO masih mungkin terjadi. Sutopo menerangkan, penguatan ringgit Malaysia di tengah kekhawatiran permintaan global mampu menjadi faktor pembatas kenaikan harga CPO lebih lanjut.

"Namun volatilitas masih ada, terutama terkait dengan nilai tukar ringgit, kebijakan ekspor dari negara produsen utama dan pergerakkan harga minyak mentah," katanya.

Senada, Pengamat Komoditas Ibrahim Assuaibi menerangkan, penguatan harga CPO belakangan terjadi karena kekhawatiran perang dagang yang diterapkan oleh AS terhadap sejumlah negara, termasuk negara-negara pengekspor CPO.

Meskipun begitu, potensi pelemahan harga CPO masih terbuka lebar. Ibrahim menilai, ada potensi AS melakukan ekspor minyak kedelai ke Indonesia selepas penerapan tarif 0% bagi produk AS.

Nantinya, hal itu berpotensi membuat jatuh harga minyak CPO di tengah banyaknya produk minyak AS yang masuk ke Indonesia maupun Malaysia.

"Kalau dengan tidak adanya biaya impor, sehingga akan membuat harga minyak CPO akan jatuh," katanya, dikutip Rabu (23/7/2025).

Dia memprediksi, koreksi terhadap harga minyak CPO kemungkinan akan terjadi selepas perjanjian Indonesia–AS mulai berlaku pada 1 Agustus 2025.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro