Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beragam Perjanjian Multinasional Sengat Emiten Sawit Dalam Negeri

Penurunan tarif AS dan perjanjian IEU-CEPA meningkatkan daya saing emiten sawit Indonesia, membuka peluang ekspor lebih besar ke AS dan Eropa.
Truk menurunkan muatan tandan buah segar dari kebun sawit milik PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG)./DSNG
Truk menurunkan muatan tandan buah segar dari kebun sawit milik PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG)./DSNG

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis menilai emiten sawit di dalam negeri mendapat angin segar sentimen positif untuk jangka menengah. Beberapa penopangnya antara lain penurunan tarif AS terhadap Indonesia menjadi 19% dan perjanjian IEU CEPA.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia misalnya, menilai bahwa penurunan tarif AS terhadap Indonesia dari 32% menjadi 19%, membuat emiten sawit nasional memiliki daya tawar yang lebih kompetitif terhadap pasar AS dibandingkan negara lainnya.

Dibandingkan dengan Malaysia, sebagai salah satu eksportir sawit ke AS, kini Negeri Jiran dikenakan tarif sebesar 25% terhadap pasar AS.

“Hal ini membuka peluang peningkatan ekspor ke AS, meskipun kontribusi saat ini masih sekitar 2–3% dari total ekspor CPO RI,” kata Liza saat dihubungi, dikutip Minggu (20/7/2025).

Terlebih lagi, di tengah menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, ekspor ke AS mampu memberikan angin segar bagi emiten sawit karena dapat meningkatkan pendapatan valas saat dikonversi ke rupiah.

Menurut Liza, hal ini mampu menguntungkan sejumlah emiten sawit yang memiliki basis ekspor yang besar, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG), hingga PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP).

Selain itu, perjanjian Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) juga berpotensi memberikan dorongan bagi kinerja emiten sawit dalam negeri. 

Melalui penghapusan tarif ekspor CPO ke Eropa, hal ini dinilai bakal memperkuat daya saing Indonesia terhadap Malaysia dalam jangka menengah.

Senada, Pengamat Pasar Modal Panin Sekuritas Reydi Octa menerangkan kedua perjanjian tersebut berpotensi menyengat kinerja emiten sawit dalam negeri. 

Menurut Reydi, dengan tarif AS yang dikenakan terhadap Indonesia sebesar 19%, hal itu mampu memberikan daya tawar lebih, melalui harga yang lebih murah, dibandingkan Malaysia jika melakukan ekspor ke AS.

“Perjanjian Indonesia-EU CEPA dalam membuka akses ekspor sawit ke Uni Eropa dengan tarif 0% juga diproyeksikan akan meningkatkan ekspor dan membuka peluang lebih besar untuk meningkatkan kinerja emiten sawit di Indonesia,” katanya ketika dihubungi, dikutip Minggu (20/7/2025).

Reydi memberikan rekomendasi terhadap saham AALI, TAPG, DSNG, STAA, SSMS, TBLA, hingga SIMP, yang dinilai memiliki prospek jangka menengah yang solid dan fundamental yang kuat di tengah beragam katalis positif dalam negeri.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro