Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 7.044,82 pada perdagangan hari ini, Selasa (3/6/2025). Sejumlah saham big caps seperti BBCA hingga BMRI hingga UNVR kompak merah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0,29% atau 20,24 poin ke level 7.044,82. IHSG dibuka di level 7.071,63 pada perdagangan hari ini.
IHSG berada di level terendah 6.994,15 dan mencatatkan level tertinggi sepanjang perdagangan hari ini di level 7.090,35.
IHSG ditutup dengan nilai transaksi yang diperdagangkan mencapai Rp13,78 triliun, volume transaksi 24,12 miliar lembar, dan frekuensi transaksi 1,24 juta kali. Adapun, market cap pasar modal Indonesia mencapai Rp12.238 triliun.
Pada perdagangan hari ini, sebanyak 261 saham melemah, 353 saham menguat, dan 193 saham tak beranjak atau stagnan.
Deretan saham dengan nilai transaksi tinggi mencatatkan pelemahan harga pada perdagangan hari ini. Saham bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya turun 0,55% ke level harga Rp9.050. Harga saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) pun turun 0,49% atau 25 poin ke level Rp5.050 per lembar.
Baca Juga
Adapun, emiten big caps lainnya yang terkoreksi antara lain, saham ADRO yang turun 1,41% atau 30 poin ke level harga Rp2.100 per lembar. Saham juga terkoreksi 2,31% atau 40 poin ke posisi Rp1.690 per lembar.
Sebelumnya, Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim menjelaskan secara teknikal, indikator MACD IHSG mengalami death cross dan stochastic RSI mengalami pembalikan arah.
“IHSG diperkirakan akan menguji level psikologis 7.000. IHSG berpotensi menutup gap down di 6.987 jika menembus level 7.000,” tulis Ratna.
Dia juga menjelaskan dari global, sentimen datang dari meningkatnya ketegangan antara AS dan China.
Negosiasi AS-China memburuk, sehingga Presiden Trump dan Presiden Xi kemungkinan akan berbicara pekan ini. Ketegangan antara AS-Uni Eropa juga meningkat setelah Trump menyatakan akan menaikkan tarif impor baja menjadi 50%.
Dari domestik, surplus neraca perdagangan April 2025 turun menjadi US$0,15 miliar dari US$4,33 miliar di Maret 2025, karena kenaikan impor yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor. Inflasi bulan Mei 2025 turun menjadi 1,6% YoY dari 1,95% YoY di April 2025, seiring dengan deflasi 0,37% MoM di Mei 2025 dari inflasi 1,17% MoM di April 2025.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.