Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas dunia diproyeksikan akan mengalami penguatan pada pekan depan setelah pekan ini mendapatkan tekanan. Kenaikan harga emas didorong oleh sejumlah sentimen yang menyertai seperti rilis data ekonomi AS.
Pergerakan harga emas dunia sepanjang pekan ini menunjukkan tekanan yang cukup signifikan, seiring menguatnya selera risiko pasar dan apresiasi dolar AS.
Andy Nugraha, Analis Dupoin Futures Indonesia menjelaskan bahwa secara teknikal emas sempat bergerak di bawah tekanan menuju kisaran US$3.300 per troy ounce, tetapi bertahan dari penurunan yang lebih dalam dan menunjukkan formasi konsolidasi di sekitar area support krusial.
Secara fundamental, tekanan harga emas pekan ini utamanya dipicu oleh keputusan pengadilan AS yang membatalkan sejumlah tarif perdagangan. Keputusan tersebut secara langsung meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko dan mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Notulensi rapat The Fed per Mei juga menambah tekanan terhadap harga emas. Bank sentral AS mengambil pendekatan wait and see terhadap arah suku bunga, kekhawatiran terhadap inflasi, dan tingginya tingkat pengangguran tetap menjadi perhatian utama. Sikap hati-hati The Fed mencerminkan ketidakpastian yang masih menyelimuti arah kebijakan moneter dalam beberapa bulan ke depan.
Ekspektasi pasar yang tetap mengarah pada kemungkinan pemotongan suku bunga di bulan September 2025 menjadi faktor yang membatasi penurunan emas lebih dalam.
Baca Juga
Di sisi lain, perkiraan meningkatnya defisit fiskal AS akibat kebijakan pemotongan pajak terbaru juga menambah beban terhadap dolar dan membuka ruang bagi pemulihan harga emas.
“Meskipun tekanan jangka pendek masih ada, faktor ketidakpastian fiskal dan kebijakan The Fed tetap menjadi katalis penting yang menjaga daya tarik emas sebagai aset lindung nilai,” ujar Andy dalam keterangan tertulis pada Sabtu (31/5/2025).
Andy mencatat bahwa meskipun terdapat tekanan sementara, tren jangka menengah masih berada dalam fase bullish.
Untuk pekan depan, Andy Nugraha memperkirakan bahwa tren bullish masih memiliki peluang untuk berlanjut, terutama jika data ekonomi AS yang akan dirilis, seperti indeks PCE, menunjukkan perlambatan inflasi.
“Jika dorongan beli kembali menguat dan tidak ada kejutan negatif dari data makroekonomi AS, maka harga emas berpotensi naik hingga menyentuh level resistance berikutnya di area US$3.430,” kata Andy.
Namun, dia juga memperingatkan adanya skenario alternatif yang harus diwaspadai oleh para trader. Apabila terjadi reversal dan harga emas menembus level support penting di US$3.108, maka tekanan jual bisa meningkat, mendorong harga turun lebih lanjut hingga ke area sekitar US$3.050.
Dilansir Reuters, pedagang logam independen Tai Wong mengatakan salah satu sentimen terbaru yang mengerek naik harga emas adalah sikap pasar yang memutuskan bahwa Trump pada akhirnya akan menang melawan putusan pengadilan perdagangan.
Adapun, putusan pengadilan perdagangan AS memblokir sebagian besar tarif Trump. Putusan tersebut menemukan bahwa dia telah melampaui kewenangannya memicu sedikit kelegaan di pasar keuangan, sekaligus menambah ketidakpastian yang membebani ekonomi global.
Sementara itu, rilis data terbaru menunjukkan bahwa jumlah warga AS yang mengajukan klaim untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan pekan lalu.
"Emas menguat karena lonjakan klaim pengangguran awal mingguan yang dapat menjadi pertanda melemahnya pasar tenaga kerja, yang akan membuat Federal Reserve memangkas [suku bunga] lebih cepat," kata Wong dilansir Reuters pada Jumat (30/5/2025).