Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau menguat seiring dengan sikap pelaku pasar yang mencerna putusan pengadilan yang memblokir sebagian besar tarif Presiden AS Donald Trump dan rilis data pekerjaan AS yang lebih lemah.
Melansir Reuters pada Jumat (30/5/2025), harga emas di pasar spot berbalik arah dan naik 0,9% menjadi US$3.318,69 per ons setelah mencapai level terendah sejak 20 Mei di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS menguat 0,6% pada US$3.343,90 per ons.
Pedagang logam independen Tai Wong mengatakan salah satu sentimen yang mengerek naik harga emas adalah sikap pasar yang memutuskan bahwa Trump pada akhirnya akan menang melawan putusan pengadilan perdagangan.
Adapun, putusan pengadilan perdagangan AS memblokir sebagian besar tarif Trump. Putusan tersebut menemukan bahwa dia telah melampaui kewenangannya memicu sedikit kelegaan di pasar keuangan, sekaligus menambah ketidakpastian yang membebani ekonomi global.
Pemerintahannya segera mengatakan akan mengajukan banding dan analis mengatakan investor akan tetap berhati-hati saat Gedung Putih menjajaki jalur hukumnya.
Sementara itu, rilis data terbaru menunjukkan bahwa jumlah warga AS yang mengajukan klaim untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan minggu lalu.
Baca Juga
"Emas menguat karena lonjakan klaim pengangguran awal mingguan yang dapat menjadi pertanda melemahnya pasar tenaga kerja, yang akan membuat Federal Reserve memangkas [suku bunga] lebih cepat," kata Wong
Sementara itu, menurut risalah yang dirilis dari sesi Federal Reserve 6-7 Mei, pejabat Fed mengakui bahwa mereka dapat menghadapi kompromi yang sulit dalam beberapa bulan mendatang dalam bentuk kenaikan inflasi di samping kenaikan pengangguran, prospek yang didukung oleh proyeksi staf Fed tentang peningkatan risiko resesi.
Emas batangan dipandang sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian dan inflasi, dan cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah, karena tidak menghasilkan bunga.
Fokus pasar kini tertuju pada data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat, yang akan dianalisis secara cermat untuk mendapatkan sinyal tentang kebijakan moneter AS di masa mendatang.