Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Lesu Ditutup di Level Rp16.286,5 per Dolar AS

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.286,5 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (27/5/2025).
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.286,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (27/5/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melamah 0,23% atau 37,5 poin ke level Rp16.286,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau naik 0,39% ke posisi 99,31.

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami pelemahan. Yen Jepang misalnya melemah 0,58%, dolar Singapura melemah 0,22%, peso Filipina melemah 0,22%, dan won Korea Selatan melemah 0,19%.

Lalu, yuan China melemah 0,09%, rupee India melemah 0,35%, baht Thailand melemah 0,35%, serta ringgit Malaysia melemah 0,4%.

Terdapat sejumlah sentimen yang mengiringi pelemahan rupiah dan nilai mata uang di Asia lainnya. Dari luar negeri, sentimen masih berkutat dengan ketidakpastian soal kebijakan tarif AS.

Terdapat kabar Presiden Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk menunda tarif dengan Uni Eropa hingga 9 Juli 2025. Dilansir Reuters, pengumuman tersebut, meskipun menggembirakan bagi para investor, akan tetapi juga menunjukan tiba-tibanya kebijakan perdagangan AS dapat berubah.

"Setelah perubahan arah terbaru Trump, tentu saja kita harus menunggu dan melihat apa yang terjadi selanjutnya," kata Commerzbank currency strategist Michael Pfister dilansir Reuters pada Selasa (27/5/2025).

Kemudian, sentimen masih terkait dengan kebijakan pemangkasan luas pajak di AS. Trump mengatakan bahwa aturan pemotongan pajak kemungkinan akan mengalami perubahan signifikan di Senat AS.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan pasar juga masih khawatir terkait dengan penjualan obligasi pemerintah AS yang terus-menerus. Sebab, pasar tetap waspada terhadap kesehatan fiskal AS yang memburuk dan meningkatnya tingkat utang. 

Dari dalam negeri, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatatkan hasil positif pada akhir April 2025. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, APBN mencatat surplus sebesar Rp4,3 triliun, atau setara 0,02% dari produk domestik bruto (PDB). 

Surplus ini menjadi titik balik setelah tiga bulan pertama 2025 mengalami defisit anggaran secara berturut-turut. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper