Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Koreksi Beruntun Indeks Saham Properti Usai BI Rate Turun, Kenapa?

Indeks saham properti melemah selama tiga hari beruntun usai Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan.
Siluet warga dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (24/9/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Siluet warga dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (24/9/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham properti terus mengalami koreksi setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5,5%.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham properti terkoreksi 1,47% menuju level 741,33 pada perdagangan Senin (26/5/2025). Koreksi ini menandai pelemahan tiga hari beruntun usai BI Rate dipangkas pada 21 Mei lalu. 

Pada Kamis (22/5/2025), indeks ditutup melemah 0,33% dan kembali terkontraksi sebesar 0,28% pada perdagangan berikutnya. Alhasil, indeks properti bertahan di zona merah dengan penurunan 0,59% sejak awal tahun hingga 23 Mei 2025. 

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan penurunan BI rate secara teori menjadi katalis positif bagi sektor properti. Namun, kondisi di lapangan belum sepenuhnya mendukung optimisme tersebut.

"Investor melihat penurunan BI Rate ini belum tentu langsung menurunkan bunga KPR [Kredit Pemilikan Rumah] karena kondisi likuiditas bank masih ketat,” ujar Liza saat dihubungi, Senin (26/5/2025).

Di sisi lain, dia melihat adanya kekhawatiran terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan potensi arus keluar dana asing turut membayangi sentimen pelaku pasar.

Sementara dari sisi permintaan, sektor properti khususnya untuk rumah tapak di segmen menengah ke atas juga belum menunjukkan tanda pemulihan yang kuat.

Liza menilai sektor properti masih membutuhkan waktu untuk pulih sepenuhnya. Efek positif dari pelonggaran suku bunga kemungkinan baru akan terasa pada semester II/2025, seiring membaiknya daya beli dan kepercayaan konsumen. 

“Saham yang fokus ke rumah tapak, seperti CTRA dan BSDE punya peluang rebound, tetapi apartemen dan high-rise masih berat. Sentimen politik dan arah ekonomi baru pasca pemilu juga bakal jadi penentu,” pungkasnya.

Adapun dari sisi valuasi, beberapa saham dinilai masih menarik. PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) dinilai memiliki diversifikasi proyek yang kuat dengan valuasi price to book value atau PBV di bawah rata-rata.

Pakuwon Jati Tbk. (PWON) juga dinilai stabil berkat portofolio mal dan properti komersial yang solid. Liza turut menyoroti Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) yang fokus pada kawasan industri, dengan margin keuntungan tinggi serta dividen atraktif.

Namun, dia mengingatkan investor tetap perlu mencermati sejumlah faktor risiko seperti pencapaian marketing sales, arah suku bunga global, kondisi makroekonomi, dan ketegangan geopolitik yang dapat memengaruhi arus investasi ke sektor ini.

___________________

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper