Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp16.405 pada perdagangan hari ini, Rabu (21/5/2025). Sementara itu, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,05% ke Rp16.405 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah 0,22% ke 99,89.
Sementara itu, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka bervariasi. Yen Jepang dibuka menguat 0,28%, lalu dolar Hong Kong melemah 0,03%, dolar Singapura naik 0,16%, dolar Taiwan menguat 0,21%, dan won Korea menguat 0,51%.
Kemudian peso Filipina menguat 0,03%, rupee India melemah 0,27%, yuan China menguat 0,07%, ringgit Malaysia menguat 0,48%, dan baht Thailand naik 0,37% terhadap dolar AS.
Melansir Reuters, dolar AS kembali melemah pada Selasa (20/5/2025), yang sebagian disebabkan oleh pernyataan bernada lebih hati-hati dari para pejabat Federal Reserve mengenai kondisi ekonomi. Para pelaku pasar menantikan pembicaraan mendatang antara AS dan Jepang yang mungkin mencakup diskusi tentang mata uang sebagai bagian dari kesepakatan dagang.
Nilai tukar dolar juga tertekan oleh kabar Presiden AS Donald Trump yang gagal meyakinkan anggota Partai Republik yang masih menolak di House of Representative untuk mendukung rancangan undang-undang pajaknya yang ambisius. Trump bertemu dengan para anggota Partai Republik pada hari Selasa untuk mendorong rekan-rekannya agar mendukung legislasi tersebut.
Dolar AS telah dijual secara besar-besaran pada Senin, setelah Moody's menurunkan peringkat kredit negara AS pada Jumat karena kekhawatiran terhadap defisit.
"Kecenderungan dasarnya masih untuk menjual dolar. Saya rasa kecenderungan itu belum berubah," kata Vassili Serebriakov, FX Strategist UBS, New York.
Para pejabat The Fed pada Selasa juga semakin menegaskan kekhawatiran mereka terhadap dampak kebijakan dagang pemerintahan Trump terhadap perekonomian. Presiden Federal Reserve Bank St. Louis, Alberto Musalem, mengatakan bahwa meskipun ketegangan dagang antara AS dan China belakangan ini mereda, pasar tenaga kerja tampaknya akan melemah dan harga-harga cenderung naik.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Cleveland, Beth Hammack mengatakan perkembangan perdagangan saat ini dapat menyebabkan stagflasi, meskipun kebijakan lain dari pemerintahan dapat mengimbangi dampak tersebut.
Pada Senin, pejabat Fed lainnya membahas dampak dari penurunan peringkat kredit pemerintah AS yang terbaru serta kondisi pasar yang tidak stabil, sedangkan The Fed terus berupaya menavigasi situasi ekonomi yang sangat tidak pasti.