Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksi bergerak fluktuatif cenderung menguat sambil menanti keputusan Bank Indonesia tentang suku bunga acuan dalam RDG hari ini, Rabu (21/5/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan Selasa (20/5/2025) dengan menguat 0,12% atau 20,5 poin ke level Rp16.413 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau turun 0,33% ke posisi 100,09.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,41%, peso Filipina menguat 0,14%, ringgit Malaysia menguat 0,15%, dan baht Thailand menguat 0,13%.
Sementara deretan mata uang Asia lainnya melemah. Dolar Hong Kong melemah 0,09%, dolar Singapura melemah 0,01%, dolar Taiwan melemah 0,02%, dan won Korea Selatan melemah 0,29%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat di rentang Rp16.350-Rp16.420 per dolar AS.
Salah satu sentimen gerak rupiah pada hari ini ialah pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20-21 Mei 2025 akan menentukan apakah BI Rate akan bertahan di level 5,75% atau tidak.
Dalam pertemuan bulanan arah moneter itu disebut masih memiliki celah untuk memangkas suku bunga acuan di sisa 2025.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menuturkan BI masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuannya. Dia memprediksi, pemangkasan tersebut akan terjadi pada rapat Dewan gubernur (RDG) bank sentral Indonesia periode Mei 2025 ini.
"Minggu ini mudah-mudahan Bank Indonesia akan memangkas suku bunga acuan 25 basis poin ke 5,5%," ujar Andry dalam media briefing secara virtual.
Andry menjelaskan, peluang pemangkasan itu salah satunya didukung oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dia menilai, tekanan dan volatilitas rupiah saat ini sudah tidak sebesar bila dibandingkan ketika Presiden AS, Donald Trump mengumumkan tarif timbal balik pada April 2025 lalu.
Selain itu, pemangkasan suku bunga juga dapat dilakukan mengingat tingkat inflasi Indonesia saat ini masih berada di rentang target Bank Indonesia.
Dilansir Bloomberg, ekonom Barclays Plc Brian Tan menyampaikan penurunan dolar AS terhadap rupiah telah membuka jendela bagi BI untuk memangkas BI Rate secara oportunistik. Rupiah tercatat sudah menguat 2,7% dari posisi rendah pada 9 April 2025.
Tan memperkirakan BI akan memangkas suku bunga meski melihat risiko tinggi akan bertahan.
Ekonom Citigroup Inc. Helmi Arman menambahkan BI melihat nilai tukar dalam jangka pendek di tengah potensi tekanan outflow modal asing akibat pembayaran dividen dan utang jatuh tempo pada kuartal ini.
“Ketidakpastian pemangkasan Fed Rate dapat memperberat langkah pelonggaran moneter BI.”

Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,05% ke Rp16.405 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah 0,22% ke 99,89.
Sementara itu, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka bervariasi. Yen Jepang dibuka menguat 0,28%, lalu dolar Hong Kong melemah 0,03%, dolar Singapura naik 0,16%, dolar Taiwan menguat 0,21%, dan won Korea menguat 0,51%.
Kemudian peso Filipina menguat 0,03%, rupee India melemah 0,27%, yuan China menguat 0,07%, ringgit Malaysia menguat 0,48%, dan baht Thailand naik 0,37% terhadap dolar AS.