Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Awal Pekan, Sentuh Rp16.480 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah ke level Rp16.480 pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (19/5/2025).
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (7/5/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (7/5/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah ke level Rp16.480 pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (19/5/2025). Rupiah melemah bersama dengan pelemahan dolar AS.

Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,22% ke Rp16.480 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,24% ke 100,84.

Sementara itu, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka bervariasi. Yen Jepang dibuka menguat 0,37%, lalu dolar Hong Kong melemah 0,07%, dolar Singapura menguat 0,15%, dolar Taiwan melemah 0,12%, dan won Korea menguat 0,11%.

Kemudian peso Filipina melemah 0,27%, rupee India menguat 0,04%, yuan China stagnan, ringgit Malaysia melemah 0,39%, dan baht Thailand menguat 0,40%.

Melansir Reuters, dolar AS melemah pada awal perdagangan waktu Asia karena pasar mencerna penurunan peringkat kredit pemerintah AS yang mengejutkan, serta ketegangan perdagangan yang terus membebani sentimen.

Moody's menurunkan peringkat top sovereign credit Amerika Serikat sebanyak satu tingkat pada hari Jumat, menjadikannya lembaga pemeringkat besar terakhir yang melakukan penurunan tersebut. Alasan penurunan ini adalah kekhawatiran terhadap tumpukan utang negara yang terus membengkak dan kini mencapai US$36 triliun.

“Fokus pada risiko pertumbuhan AS dan agenda kebijakan pemerintahan AS mungkin telah membuat status AS sebagai safe-haven dipertanyakan,” kata Mahjabeen Zaman, Head of Foreign Exchange Research ANZ.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif sesuai ancaman bulan lalu terhadap mitra dagang yang tidak bernegosiasi secara “itikad baik.”

Sementara itu, Trump menghadapi penolakan dari partainya sendiri dalam mendorong rancangan undang-undang pemotongan pajak besar-besaran yang diperkirakan akan menambah utang negara sebesar $3 triliun hingga $5 triliun dalam dekade mendatang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper