Bisnis.com, JAKARTA — Mandiri Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus level 7.150-7.600 sampai akhir tahun 2025.
Head of Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menuturkan Mandiri Sekuritas memproyeksikan IHSG dapat menembus level 7.150-7.600 pada akhir tahun ini. Joezer menjelaskan saat ini likuiditas di pasar modal terlihat sudah cukup baik selama satu hingga dua bulan terakhir.
"Lalu juga ada ruang untuk pemotongan suku bunga dari sisi policy rate, dan juga fiskal juga terjadi perbaikan ya. Jadi kami harap ya mungkin outlook pertumbuhan untuk saham itu terjadi perbaikan juga," kata Joezer, Senin (19/5/2025).
Joezer melanjutkan, ekspektasi pertumbuhan ekonomi saat ini telah mengalami titik terendah atau bottoming, dan mungkin akan ada akselerasi dalam enam hingga 12 bulan ke depan.
Di sisi lain, Joezer mencermati penjualan saham dari institusi asing maupun domestik telah mulai mereda. Mandiri Sekuritas mencatat, aksi jual asing atau outflow dari IHSG mencapai sekitar Rp40 triliun, mirip dengan tahun lalu.
Dia menjelaskan outflow tidak hanya terjadi di pasar modal Indonesia, tetapi juga pada emerging market lainnya.
Baca Juga
"Jadi memang ke depan kita mungkin melihat kalau dolarnya bisa naik dan kebijakan domestik bisa mulai ke pro-growth, harusnya dari sisi bursa saham itu cukup menarik," ujarnya.
Joezer juga menjelaskan aturan relaksasi buyback juga cukup membantu untuk menciptakan katalis positif dan kepercayaan dari pelaku pasar.
Dari sisi global, Mandiri Sekuritas mencermati IHSG menjadi salah satu indeks saham yang cukup resilien, dengan penurunan yang tidak lebih dari 9% dibandingkan indeks-indeks saham di dunia saat AS mengumumkan tarif dagang.
"Dalam sebulan terakhir, IHSG sudah memberikan imbal hasil kenaikan cukup tajam, dan secara year to date yang tadinya turun, sekarang sudah positif return-nya," ucap Joezer.
Sebagai informasi, IHSG pada hari ini tercatat ditutup pada level 7.141,09 pada Senin (19/5/2025). Artinya, IHSG sejak awal tahun hingga hari ini telah mengalami kenaikan 0,86% setelah sebelumnya mengalami koreksi secara year to date (YTD).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.