Bisnis.com, SURABAYA— PT Sekar Laut Tbk (SKLT) menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 10%-20% dan laba bersih naik lebih dari 20% pada tahun ini. Target optimistis itu dipasang perseroan meski kondisi perekonomian domestik maupun global diwaranai ketidakpastian.
Adapun, saat ini kapasitas produksi SKLT mencapai sekitar 48.000 ton per tahun. Kapasitas itu terbagi atas kerupuk 18.000 ton, saos dan sambal 25.000 ton, dan produksi roti 5.000 ton.
Sekretaris Perusahaan SKLT Jimmy Herlambang menjelaskan perseroan belum ada rencana untuk menambah kapasitas produksi. Untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini, perseroan masih bisa memanfaatkan kapasitas yang sudah ada.
Terkait dengan laporan keuangan kuartal I/2025, Jimmy menyebut memang belum selesai namun proyeksinya hampir sama dengan tahun lalu.
"Meskipun ada penurunan daya beli, namun tidak berdampak signifikan pada penjualan,” ucapnya dalam Paparan Publik di Surabaya, Rabu (23/4/2025).
Berdasarkan Laporan Keuangan, SKLT membukukan kenaikan aset lancar sebesar 13%. Perusahaan juga membukukan peningkatan aset tetap sebesar 27% dibandingkan 2023. Secara keseluruhan, total aset perusahaan naik sebesar 23% secara yoy.
SKLT mencatatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan sebesar 28% secara yoy, menjadi Rp2,293 triliun dan peningkatan laba sebesar 53%, menjadi Rp119 miliar pada 2024.
Kenaikan pendapatan dan laba disebut berasal dari penjualan domestik maupun ekspor ke luar negeri. Penjualan ekspor perseroan meningkat 10% dengan kontribusi terhadap total pendapatan kini di kisaran 25%-30%. Jimmy menyebut negara tujuan ekspor perseroan mencapai 38 negara, dengan pengiriman paling banyak ke Belanda.
“Kedepan ditargetkan bisa masuk ke wilayah Afrika, Timur Tengah, dan beberapa negara baru,” ujarnya.
Sedangkan untuk pasar domestik, perseroan fokus melakukan penetrasi ke daerah di luar Pulau Jawa sembari melakukan efisiensi di lilni produksi.
Di sepanjang tahun lalu, SKLT sudah melewati beberapa tantangan a.l. kondisi geopolitik yang berdampak pada perekonomian Indonesia yang tercermin lewat pelemahan daya beli masyarakat serta meningkatnya suku bunga acuan.
“Selain itu, produk asing juga mulai masuk meramaikan pasar dalam negeri. SKLT juga menghadapi tantangan gejolak harga dan ketersediaan bahan baku," ujar Jimmy.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.