Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan multifinance PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) berencana menerbitkan obligasi sebanyak dua kali tahun ini.
Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa Hadi mengatakan perusahaan dalam penerbitan obligasi ini akan mempertimbangkan kondisi pasar.
"Di tahun 2025 ini perusahaan berencana menerbitkan obligasi sebanyak 2 kali dengan mempertimbangkan kebutuhan pendanaan, kondisi pasar dan suku bunga," kata Cincin kepada Bisnis, Rabu (23/4/2025).
Cincin menjelaskan strategi perusahaan dalam melakukan diversifikasi pendanaan antara lain dengan menggunakan beragam instrumen pembiayaan, seperti fasilitas kredit dari beberapa bank, dikombinasikan dengan jenis-jenis fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang dengan suku bunga tetap, serta dengan penerbitan surat utang.
Cincin menyadari bahwa saat ini gejolak pasar dan ketidakpastian ekonomi global menjadi sebuah tantangan pendanaan bagi perusahaan multifinance.
"Tantangan tersebut antara lain suku bunga yang tinggi, di mana dapat berimbas ke margin perusahaan karena bunga pinjaman ke konsumen tidak selalu bisa naik secepat cost of fund," pungkasnya.
Baca Juga
Pada kuartal I 2025 ini perusahaan multifinance terpantau mulai banyak yang kembali menerbitkan obligasi. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat dalam kuartal I/2025 terdapat 6 perusahaan multifinance menerbitkan obligasi sebesar Rp8,3 triliun. Kondisi ini berbeda dengan periode sebelumnya di mana pada kuartal I/2024 belum ada perusahaan multifinance yang menerbitkan obligasi.
Bila dirinci, obligasi yang diterbitkan multifinance di kuartal I/2025 ini terdiri dari obligasi senilai Rp6,7 triliun dan sukuk senilai Rp1,6 triliun.
Total dari semua sektor, Pefindo mencatat sampai dengan kuartal I/2025 ada sebanyak 29 perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan total nilai sebesar Rp46,7 triliun.
Nilai obligasi yang diterbitkan multifinance dalam periode tersebut merupakan yang paling besar ketiga setelah obligasi yang diterbitkan dari sektor pulp dan kertas senilai Rp13,2 triliun dan sektor pertambangan senilai Rp9,2 triliun.
Sebelumnya, Fixed Income Analyst PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Nasrudin menjelaskan bahwa lonjakan penerbitan surat utang di tiga bulan pertama 2025 ini dipicu oleh dua faktor utama, yakni kebutuhan refinancing dan pertumbuhan bisnis pembiayaan.
Menurutnya, realisasi penerbitan obligasi yang lebih baik dalam kuartal I/2025 ini tidak terlepas dari tingginya angka jatuh tempo di periode ini, yakni sebanyak Rp8,62 triliun surat utang jatuh tempo di kuartal/2025 atau kurang lebih dua kali lipat dibandingkan dengan kuartal I/2024 yakni Rp4,26 triliun.
Faktor kedua, dia menjelaskan bahwa bisnis pembiayaan yang masih tumbuh turut mendorong kebutuhan pendanaan. Per Februari 2025, nilai pembiayaan mencapai Rp507,02 triliun atau tumbuh 5,92% year on year (YoY). Meski pertumbuhannya melambat dibandingkan tahun sebelumnya, perusahaan pembiayaan tetap membutuhkan dana untuk menopang nominal pembiayaan yang meningkat.
“Jika kita melihat data FAR [Financing to Asset Ratio] mereka dari OJK, per Januari 2025 ini kemarin telah mencapai 86,12%, meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang berada di level 85,73%. Kenaikan FAR ini mencerminkan likuiditas perusahaan pembiayaan yang mengetat,” ujarnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.