Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Melemah dari Rekor Tertinggi, Pasar Cermati Arah Tarif Trump

Harga emas sempat anjlok hingga 0,8% pada awal perdagangan setelah reli tajam lebih dari 6% pekan lalu
Emas batangan 1 kilogram. / Bloomberg-Christopher Pike
Emas batangan 1 kilogram. / Bloomberg-Christopher Pike

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas tergelincir dari level tertinggi sepanjang masa seiring pasar mencermati kembali arah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang terus berubah dan memicu kepanikan global.

Melansir Bloomberg, Senin (14/4/2025), harga emas sempat anjlok hingga 0,8% pada awal perdagangan setelah reli tajam lebih dari 6% pekan lalu yang membawa harga ke atas US$3.245 per troy ounce untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Penurunan terjadi menyusul penguatan terbatas dolar AS, usai pemerintah menangguhkan penerapan tarif timbal balik terhadap barang elektronik seperti ponsel dan komputer.

Namun, pemulihan dolar AS tertahan setelah Trump pada Minggu malam kembali melempar sinyal akan memberlakukan tarif tambahan untuk perangkat elektronik konsumen dan chip semikonduktor. Dolar yang lebih kuat umumnya membebani harga emas karena menurunkan daya beli investor luar negeri terhadap aset berbasis dolar.

Sepanjang 2025, harga emas sudah melonjak lebih dari 20%, mencerminkan pelarian modal ke aset lindung nilai di tengah kekacauan pasar akibat kebijakan perdagangan Trump. Gejolak ini mengguncang saham, obligasi, dan dolar AS—serta memunculkan keraguan baru soal status aman utang pemerintah AS di tengah pelemahan minat investor.

Kepala Riset Pepperstone Group Ltd. Chris Weston mengatakan emas menjadi pemenang utama dari perdebatan seputar masa depan dolar AS, dan saat ini harganya benar-benar dalam mode agresif.

"Banyak pelaku pasar menilai emas terlalu panas untuk dijual, tapi juga terlalu mahal untuk dikejar,” jelasnya.

Selain drama tarif Trump, perhatian pasar pekan ini juga tertuju pada keputusan suku bunga sejumlah bank sentral besar.

Bank Sentral Eropa dan Otoritas Moneter Singapura diperkirakan akan melonggarkan kebijakan untuk merespons kondisi global yang memburuk. Suku bunga rendah cenderung mendukung harga emas yang tidak memberikan imbal hasil.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper