Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Masih Panas, Aset Safe Haven Sudah Hilang Semangat

Aset aman atau safe haven, mulai dari dolar AS hingga emas, langsung diburu oleh pelaku pasar ketika Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor.
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran uang di Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Aset aman atau safe haven langsung diburu oleh pelaku pasar ketika Presiden AS Donald Trump menabuh genderang perang dagang lewat pemberlakuan tarif impor. Namun demikian, harga aset safe haven sudah mulai terkoreksi walaupun kondisi pasar keuangan belum stabil.

Berdasarkan data Bloomberg, yield obligasi US Treasury anjlok ketika Trump mengumumkan tarif timbal balik (reciprocal tariff) sudah diberlakukan. Yield Treasury AS tenor 10 tahun jeblok hingga 10 bps ke level terendahnya sejak Februari 2025.

Selanjutnya harga logam mulia emas juga ikut melambung walau mulai terkoreksi dalam beberapa hari terakhir. Harga emas Comex kontrak pengiriman Juni 2025 di New York Merchantille Exchange menyentuh level tertingginya US$3.166 per ons troi pada 2 April 2025, namun kini terkoreksi diperdagangkan di level US$3.062 per ons troi.

Begitu pula dolar AS, dengan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama dunia bergerak di level 102,19 pada Rabu (9/4/2025) pukul 14.40 WIB.

Melihat harga aset aman yang seperti 'tidak lagi aman', para pelaku pasar pun bertanya-tanya mengenai opsi lain aset safe haven yang dapat digunakan untuk perlindungan saat ini. Di tengah-tengah perang dagang, sejumlah analis merekomendasikan obligasi Jerman dan mata uang yen Jepang sebagai potensi aset lindung yang dapat dicermati.

Namun, pilihan itu tetap berisiko. Obligasi Jerman mendapat risiko likuiditas dari perekonomiannya sedangkan yen Jepang mendapat batu sandungan dari kebijakan moneter bank sentral.

Co-CIO MFS Investment Management Pilar Gomez-Bravo mengakui saat ini tidak banyak pilihan untuk mencari aset lindung dan mendapatkan imbal hasil tinggi.

"Tidak banyak tempat untuk pergi mencari imbal hasil dan melindungi modal," kata Gomez-Bravo, dikutip Bloomberg, Rabu (9/4/2025).

Namun demikian, Gomez-Bravo meyakini dolar AS akan selalu menjadi aset safe haven walaupun saat ini pergerakannya terbilang tidak normal.

Sementara itu, aksi jual di Treasury AS bisa menjadi bukti kurangnya kepercayaan diri investor saat ini. Tekanan di pasar obligasi AS menandakan kekhawatiran yield akan bergerak semakin tinggi.

Head of Research Pepperstone Group Ltd. Chris Weston mengatakan dengan kombinasi perlambatan ekonomi dan risiko premi tinggi, investor tentunya tidak akan tertarik berinvestasi di pasar surat utang.

"Obligasi Jerman mungkin saat ini lebih baik daripada obligasi AS... Saya akan terus mencermati pasar surat utang karena pergerakannya sangat cepat," ujar Weston.

Sementara itu, yen Jepang juga menjadi pilihan aset aman lainnya. Pergerakan mata uang Jepang ini sudah meningkat 2,64% terhadap dolar AS sejak awal bulan ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper