Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali menguat usai melemah tiga hari beruntun saat pasar menghitung dampak dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (8/4/2025), harga minyak Brent naik 1,2% ke level US$65 per barel setelah mencapai rekor terendah dalam 4 tahun terakhir pada sesi perdagangan sebelumnya. Sementara, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada harga di atas US$61 per barel, tepatnya US$61,56 per barel atau menguat 1,4%.
Kemarin, Trump mengancam akan mengenakan tarif impor tambahan sebesar 50% untuk China, yang merupakan importir minyak terbesar. Di sisi lain, Presiden AS itu mengisyaratkan adanya pembicaraan dengan negara lain.
Minyak mentah bersama dengan saham, obligasi, dan komoditas lainnya telah bergejolak pada bulan ini karena Presiden AS terus melanjutkan kebijakan perdagangannya yang agresif.
Gejolak tersebut telah memicu kekhawatiran tentang perlambatan atau resesi global yang akan membahayakan permintaan energi.
Pada saat yang sama, OPEC+ memberikan kenaikan produksi yang lebih besar dari yang diharapkan, sehingga merugikan prospek keseimbangan pasar minyak.
Baca Juga
Ancaman Trump untuk mengenakan bea masuk sebesar 50% pada barang-barang China akan menjadi tambahan dari bea masuk sebesar 34% yang dikenakan pada semua impor negara itu serta pungutan sebesar 20% yang telah diberlakukan sebelumnya.
Di tempat lain, para kepala perdagangan di Uni Eropa sedang mempertimbangkan berbagai tindakan balasan terhadap tarif AS yang besar-besaran.
"Risiko resesi hanya akan meningkat dan persepsi permintaan minyak global akan menurun, kecuali kita mendengar beberapa tanda Trump bekerja sama dengan UE atau China dalam kapasitas yang lebih konstruktif," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group di Melbourne.
Eskalasi perang dagang telah mendorong sejumlah bank, termasuk Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley, untuk memangkas proyeksi harga minyak untuk kuartal mendatang. Societe Generale SA juga memangkas prospeknya, dengan alasan ancaman tarif AS terhadap ekonomi China dan permintaan minyak mentah global.