Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bitcoin Terjun Bebas ke US$77.000 Terseret Guncangan Tarif Trump

Harga Bitcoin sempat merosot sekitar 7% ke US$77.077 sebelum memulihkan sebagian pelemahannya.
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Bitcoin membuka pekan dengan kejatuhan tajam di pasar Asia, mencerminkan meningkatnya sentimen penghindaran risiko di seluruh pasar global.

Melansir Bloomberg, Senin (7/4/2025), harga Bitcoin sempat merosot sekitar 7% ke US$77.077. Sementara itu, mata uang kripto terbesar kedua, Ether, merosot hingga menyentuh US$1.538, level terendah sejak Oktober 2023, sebelum keduanya akhirnya memangkas sebagian kerugian.

Aksi jual ini terjadi bersamaan dengan eskalasi kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, yang telah menghapus nilai triliunan dolar dari bursa saham AS. Indeks saham berjangka AS melemah tajam, dan penguatan yen menambah bukti gejolak yang melanda pasar keuangan global.

“Pasar sempat berharap kripto akan tetap stabil, namun dengan sifatnya yang terus bergerak 24 jam, investor langsung masuk ke mode jual pada hari Minggu,” kata kepala analis keuangan dan kripto BTC Markets Charlie Sherry.

Data dari Coinglass mencatat, dalam 24 jam terakhir terjadi likuidasi posisi beli (long) senilai US$758 juta, level tertinggi dalam hampir enam minggu terakhir.

Kepala derivatif Asia-Pasifik pialang aset digital FalconX Sean McNulty mengatakan tekanan jual kemungkinan masih berlanjut, yang dibuktikan oleh Pasar opsi yang menunjukkan permintaan kontrak opsi ’put’ meningkat tajam.

“Level support utama untuk Bitcoin dan Ether berada di US$75.000 dan US$1.500,” ungkapnya seperti dikutip Bloomberg.

Sebelumnya, aset digital sempat bertahan terhadap kepanikan pasar akibat pengumuman tarif Trump, sehingga memunculkan harapan bahwa kripto mulai lepas dari bayang-bayang saham teknologi.

Namun penurunan tajam pada hari Senin memperkuat anggapan bahwa korelasi erat antara kripto dan indeks Nasdaq 100 yang terbentuk sejak pandemi Covid-19 masih belum pudar.

COO Caladan Julia Zhou mengatakan pasar kripto sering kali menjadi indikator awal bagi pergerakan aset berisiko.

“Kita bisa melihat koreksi yang lebih dalam saat bursa saham AS resmi dibuka nanti,” jelas Zhou.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper