Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Jepang anjlok pada awal pekan ini sebagai reaksi pasar atas pemberlakuan tarif impor dari Amerika Serikat ke sejumlah negara mitra. Indeks Nikkei dan Topix anjlok sementara yen terpantau reli.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix sempat ambrol hingga 9,6% atau ke level terendahnya sejak Agustus 2024. Sementara itu, saham blue chip di indeks Nikkei terjun bebas ke level paling bawah sejak Oktober 2023.
Selain Jepang, indeks saham di bursa Asia lainnya juga terpantau loyo. Indeks Hang Seng di Hong Kong tergerus 9,3% dan indeks Shanghai Composite di China jatuh 4,5%. Sementara itu, bursa Taiwan mengalami kejatuhan paling parah dengan penurunan hampir 10%.
Mata uang yen sebagai aset safe haven menguat 0,5% menjadi 146,17 per dolar AS setelah melonjak lebih dari 1%.
Adapun, terlihat tanda-tanda aksi jual besar-besaran yang akan mengganggu operasional normal di pasar modal Asia hari ini. Sementara Jepang mengalami yang disebut circuit-breaker melihat banyaknya kerugian di sana, Korea Selatan sudah menghentikan permintaan jual di program perdagangan sahamnya.
Founder Ten Cap Pty. Jun Bei Liu mengatakan saat ini sedang terjadi perhitungan di pasar saham. Volatilitas ini pun diperkirakan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
"Hal itu juga menandakan ada kesempatan beli untuk saham perusahaan yang tidak kena dampak perdagangan (yang kena tarif impor AS)," kata Jun Bei Liu, dikutip Bloomberg, Senin (7/4/2025).
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dan tim ekonominya mengabaikan ketakutan investor terhadap ancaman inflasi dan resesi karena pengenaan tarif impor timbal-balik.
"Lupakan dulu pasar [keuangan] untuk sementara, kita akan diuntungkan," kata Trump.
Dia juga menambahkan bahwa pihaknya tidak ada keinginan untuk berdiskusi untuk menurunkan tarif tersebut, kecuali negara-negara mitra AS mau menurunkan defisit perdagangan dengan Negeri Paman Sam.
"Saya tidak ingin melihat sesuatu jatuh, tapi kadang kita perlu obat untuk memperbaiki sesuatu," kata Trump setelah melihat kontrak berjangka di pasar saham AS anjlok dan yen melonjak akibat pengumuman tarif.
Chief Global Strategist Tokai Tokyo Intelligence Lab. Shoji Hirakawa mengatakan saat ini pelaku pasar khawatir tarif akan menimbulkan resesi, sehingga investor enggan mengambil risiko. Hal itu juga yang mendorong aksi jual bersar-besaran untuk saham perusahaan Jepang yang bertransaksi dengan AS.