Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Melemah ke 6.471, Saham DSSA hingga UNVR Justru Melaju Hijau

IHSG ditutup melemah ke level 6.471,94 pada Senin (17/3/2025). Di tengah pelemahan indeks, saham DSSA hingga UNVR justru tetap melaju di zona hijau.
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 6.471,94 pada Senin (17/3/2025). Di tengah pelemahan indeks, saham berkapitalisasi besar seperti DSSA dan UNVR terpantau naik signifikan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0,67% atau 43,68 poin menuju posisi 6.471,94. Sepanjang hari ini, IHSG dibuka pada level 6.515,63 dan sempat menyentuh level tertingginya di 6.557,41.

Tercatat, sebanyak 308 saham meningkat, 279 saham turun, dan 219 saham stagnan. Sementara itu, kapitalisasi pasar alias market cap mencapai Rp11.450 triliun.

Saham berkapitalisasi pasar jumbo yang menguat antara lain PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) sebesar 5,54% menuju Rp42.400. Adapun saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) turut menguat 5% ke Rp1.365 per saham.

Sementara itu, saham market cap jumbo yang menurun dipimpin oleh PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang melemah 4,98% ke Rp5.725 dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 2,26% menuju Rp4.330.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menuturkan bahwa IHSG ditutup melemah sebesar 0,99% ke level 6.450,82 pada perdagangan sesi pertama.

Secara teknikal, kata Valdy, terdapat pembentukan negative slope pada MACD seiring dengan indikator Stochastic RSI yang membentuk Death Cross pada overbought area yang mengindikasikan potensi pelemahan.

“Kami memperkirakan IHSG berpotensi lanjutkan pelemahan menuju level 6.425-6.400 pada perdagangan sesi kedua hari ini,” ucapnya dalam publikasi riset harian.

Dia juga menyampaikan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia (NPI) turun sebesar 10,6% secara bulanan (MoM) menjadi US$3,12 miliar pada Februari 2025.

Penurunan ini didorong oleh penurunan surplus sektor nonmigas sebesar 1,6% MoM, yang turun menjadi US$4,84 miliar. Kontributor utama surplus ini adalah lemak dan minyak hewani serta nabati, bahan bakar mineral dan nabati, serta besi dan baja.

Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatat defisit US$1,72 miliar pada Februari 2025 yang disebabkan oleh impor minyak mentah dan produk minyak bumi.

“Meskipun mengalami penurunan, surplus neraca perdagangan Indonesia tetap terjaga selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ucap Valdy.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper