Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antara FDI, Perang Dagang, dan Arah Saham Developer SSIA & DMAS

Pada tahun ini, pemerintah menargetkan nilai investasi sebesar Rp1.905 triliun. Mampukah target ini diraih di tengah kondisi perang dagang?
Subang Smartpolitan SSIA
Subang Smartpolitan SSIA

Bisnis.com, JAKARTA – Investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) diyakini tetap menjadi penggerak utama bagi emiten kawasan industri pada 2025. 

Pada tahun ini, pemerintah menargetkan nilai investasi tembus Rp1.905 triliun. Adapun selama periode 2025–2029, nilai investasi diperkirakan mencapai Rp13.032 triliun guna mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi 8%.

Dengan target tersebut, Indonesia dinilai berpotensi untuk menarik investasi asing di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. 

Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh dan Wilastita Muthia Sofi mencermati bahwa tren penjualan lahan industri selama perang dagang 2018-2019 menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya arus investasi langsung. 

Dalam risetnya, Rabu (12/3/2025), keduanya memaparkan bahwa emiten kawasan industri seperti PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) dan PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) mencatat pertumbuhan penjualan lahan dalam periode tersebut. 

Namun, meskipun terjadi peningkatan transaksi, pembelian dalam jumlah besar atau di atas 20 hektare mayoritas berasal dari perusahaan di luar China. 

“Ini mengindikasikan faktor pendorong permintaan lahan industri tidak hanya berasal dari relokasi perusahaan China, tetapi juga dari sektor lain yang melihat peluang ekspansi di tengah perubahan rantai pasok global,” ujar Ismail dan Muthia. 

Salah satu faktor yang mendorong peningkatan penjualan lahan industri dalam negeri adalah kebijakan proteksionisme yang diterapkan AS terhadap produk China. Tarif impor yang tinggi memaksa banyak perusahaan manufaktur untuk mencari lokasi produksi alternatif, guna menghindari beban biaya tambahan. 

Akan tetapi, Ismail dan Muthia menyatakan bahwa sejumlah emiten kawasan industri masih sulit memastikan apakah kenaikan permintaan sepenuhnya didorong oleh relokasi industri akibat perang dagang antara AS dan China.

Mereka mengakui bahwa faktor ini mungkin turut berperan dalam meningkatkan minat investor China untuk memperluas pasar ke Indonesia.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper