Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank BUMN Berisiko Tertekan Inisiatif Koperasi Desa Merah Putih

Inisiatif pembentukan Koperasi Desa Merah Putih oleh Presiden Prabowo diperkirakan berdampak negatif kepada bank-bank BUMN.
Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Saham bank pelat merah atau BUMN diperkirakan mengalami tekanan lanjutan dari inisiatif pembentukan Koperasi Desa Merah Putih yang berisiko memberikan dampak negatif bagi kualitas aset emiten.

Pada pekan lalu, Jumat (7/3/2025), Presiden RI Prabowo Subianto telah memimpin rapat terbatas bersama sejumlah menteri di Istana Merdeka, Jakarta, untuk membahas rencana pembentukan Koperasi Desa Merah Putih.

Koperasi Desa Merah Putih dirancang sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan mengatasi persoalan ekonomi di pedesaan, salah satunya terkait pinjaman informal, seperti pinjaman daring hingga tengkulak.

Pemerintah juga berniat memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini melalui pembiayaan dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), yang diperkirakan memberikan pinjaman sebesar Rp5 miliar untuk setiap koperasi desa.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi, menuturkan bahwa Koperasi Desa Merah Putih akan mencakup hingga 70.000–80.000 desa di Indonesia.

Menurutnya, pemerintah telah meminta bank-bank pelat merah untuk menyediakan pembiayaan awal sebesar Rp3-5 miliar per desa. Pinjaman itu akan dilunasi dalam tiga hingga lima tahun dengan menggunakan alokasi dana desa tahunan.

Dengan jumlah tersebut, pinjaman yang disalurkan bank BUMN untuk Koperasi Desa berpotensi mencapai Rp400 triliun. Jumlah ini, kata Gunadi, membuat investor khawatir karena berisiko memberikan dampak negatif bagi kinerja bank BUMN.

“Investor khawatir bahwa pinjaman ini, yang berpotensi mencapai Rp400 triliun, dapat berdampak negatif pada kualitas aset bank BUMN. Kekhawatiran tersebut mencerminkan potensi intervensi politik dalam operasional bank BUMN,” ucap Gunadi dalam riset terbaru dikutip pada Senin (10/3/2025).

Dia juga menyatakan bahwa kondisi tersebut diperkirakan membuat harga saham bank pelat merah tetap berada di bawah tekanan, terutama karena kekhawatiran terhadap Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara belum mereda.

“Banyak investor asing memilih untuk mengurangi eksposur terhadap saham terkait BUMN setelah pembentukan Danantara, dengan menerapkan pendekatan wait and see untuk menilai lebih lanjut dampak dari inisiatif kontroversial tersebut, yang dianggap berisiko oleh pasar,” pungkas Gunadi.

Oleh karena itu, Gunadi memandang bahwa upaya memastikan tata kelola yang kuat, akuntabilitas, dan transparansi bagi pemegang saham akan menjadi faktor krusial bagi Danantara dalam membangun kepercayaan investor.

Alhasil, Samuel Sekuritas menurunkan peringkat sektor saham perbankan dari netral menjadi underweight karena kurangnya katalis positif dan meningkatnya kekhawatiran atas pembentukan Danantara, yang dinilai telah mendorong arus keluar modal asing secara signifikan terutama pada bank-bank BUMN.

Dari perspektif fundamental, likuiditas perbankan pada tahun ini diperkirakan tetap ketat dengan berlanjutnya tekanan pada net interest margin (NIM), serta potensi kenaikan cost of credit (CoC) secara terbatas lantaran sebagian besar bank sudah beroperasi pada tingkat efisiensi biaya kredit yang cukup tinggi.

“Akibatnya, kami memperkirakan pertumbuhan laba bersih bank Big Four hanya mencapai 4,4% YoY [year on year], atau turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 7% dan lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi konsensus saat ini yang mencapai 5,3% akibat peningkatan pencadangan,” tutur Gunadi.

Dalam kondisi saat ini, Samuel Sekuritas cenderung memilih bank swasta dengan current account and savings account (CASA) yang kuat serta kualitas aset lebih baik, karena lebih mampu mempertahankan CoC yang rendah.

Pilihan utama jatuh kepada PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang dinilai masih menawarkan potensi kenaikan lebih dari 25%. Samuel Sekuritas merekomendasikan BBCA dengan target harga sebesar Rp11.500 per saham.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper