Bisnis.com, JAKARTA - Chief Executive Officer (CEO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Perkasa Roeslani menepis anggapan bahwa Danantara menjadi pemicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Rosan berdalih bahwa kondisi pasar saham yang menurun bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain, termasuk di tingkat Asean.
Hal ini disampaikan setelah pertemuannya dengan Presiden Prabowo Subianto bersama dengan Kepala Pelaksana Bidang Operasional Danantara Dony Oskaria dan Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Patria Sjahrir di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (5/3/2025).
“Pertama, memang indeks harga saham gabungan kita ini menurun. Tapi menurunnya bukan di Indonesia saja. Di emerging market, di negara Asean pun, semua memang sedang mengalami penurunan," ujarnya.
Kendati demikian, Rosan optimistis bahwa IHSG akan segera mengalami pemulihan. Penyebabnya, sejak Senin (3/3/2025) pergerakan saham sudah mulai kembali rebound. Bahkan harga-harga saham perbankan sudah berada di atas harga yang menunjukkan pemulihan.
Oleh sebab itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi itu juga menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk khawatir karena fundamental perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk sektor perbankan, masih sangat kuat.
Baca Juga
“Karena fundamental dari perusahaan-perusahaan kita, bank-bank kita, itu sangat baik. Sangat kuat. Jadi kami percaya semua ini dengan fundamental. Bapak Presiden pun tadi membicarakan seperti ini juga. Beliau percaya pada fundamental kita kuat," jelasnya.
Menurut Rosan, pergerakan harga saham yang naik dan turun karena persepsi atau faktor teknikal adalah hal yang wajar dalam dinamika pasar modal.
“Jadi kalau itu turun karena ada persepsi atau secara teknikal, itu adalah suatu hal yang sangat wajar dan sangat lumrah dalam kenaikan harga turun dari saham-saham kita," katanya.
Lebih lanjut, dia optimistis bahwa valuasi dan kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan di Indonesia akan terus meningkat dengan landasan fundamental perusahaan yang baik.
“Kami meyakini ini akan terus meningkat valuasinya, market cap-nya dari para perusahaan-perusahaan kita yang ada di Indonesia. Jadi kita lihat kan sekarang sudah mulai rebound, mulai kembali baik," jelas Rosan.
Pemicu IHSG Rontok
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan penyebab penurunan yang terjadi terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam sepekan terakhir. Menurut BEI, terdapat berbagai penyebab dari anjloknya IHSG selama sepekan.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman menyampaikan selama sepekan terakhir periode 21-27 Februari 2025, IHSG telah mengalami penurunan 4,67%. Iman memandang banyak hal yang menjadi penyebab penurunan IHSG.
"Selalu bagaimana global, domestik, dan korporasi. Apa yang terjadi di global, perang tarif AS dan mitranya, Trump 2.0 tidak gampang, dan investor asing sekarang masuk ke AS," kata Iman, di Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Selain dari ancaman perang dagang, hal lain yang menjadi penyebab penurunan IHSG menurutnya adalah kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve yang menahan suku bunga acuannya.
Dari kabar yang berkembang, Bursa melihat Federal Reserve paling banyak akan menurunkan suku bunga sebanyak satu kali tahun ini. Menurut Iman, kabar mengenai suku bunga ini juga sensitif terhadap Bursa.
Sementara itu, dari sisi korporasi menurut Iman sejumlah korporasi telah merilis laporan keuangannya masing-masing. Meskipun beberapa kinerja emiten mengalami peningkatan, akan tetapi kinerja tersebut berada di bawah konsensus analis. Menurut Iman, hal ini memperparah kondisi pasar.
Di samping itu, lanjutnya, investor asing menurut Iman juga telah melakukan aksi jual bersih hampir Rp19 triliun sejak awal tahun.
"Tahun lalu asing masih net buy Rp17 triliun, sekarang hanya 2 bulan sudah net sell hampir Rp19 triliun. Sehingga terlihat walaupun indeksnya turun, transaksinya naik," ucap Iman