Bisnis.com, JAKARTA — Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 6.379,66 pada perdagangan awal pekan ini, Senin (3/3/2025). Harga saham bank jumbo kompak bertenaga.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka di posisi 6.362,15 pada perdagangan hari ini. IHSG kemudian menanjak 1,74% menuju ke posisi 6.379,66 pada pukul 09.05 WIB.
Pada awal perdagangan, IHSG bergerak di rentang terbawah 6.347,1 dan tertinggi 6.390,99. Adapun, kapitalisasi pasar alias market cap saat pembukaan mencapai Rp11.044 triliun.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, deretan saham dengan nilai transaksi saham tinggi di pasar menghijau. Harga saham bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya dibuka menguat 4,46% dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) menguat 3,91%.
Lalu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) menguat 3,47% serta PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dibuka naik 2,08%.
Saham dengan nilai transaksi tinggi lainnya mengalami penguatan pada pembukaan perdagangan pagi ini. Saham PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) misalnya naik 2,13% serta saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) naik 2,67%.
Baca Juga
Pada penutupan perdagangan sebelumnya, Jumat (28/2/2025), IHSG anjlok 3,31% menjadi 6.270. Level IHSG kemarin merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir, sejak 2021.
IHSG pun jeblok 11,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Dana asing pun lari dari pasar saham Indonesia dengan catatan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp2,91 triliun pada perdagangan akhir pekan lalu. Alhasil, sepanjang tahun berjalan atau dalam dua bulan awal 2025 net sell asing mencapai Rp21,89 triliun di pasar saham Indonesia.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya menilai IHSG telah breaklow level support 6.300 pada akhir pekan lalu, kembali ke level yang sama di periode Januari-Februari 2021.
"Berdasarkan pengamatan jangka panjang, terdapat potensi area konsolidasi kuat di kisaran 6.000. Artinya, level psikologis 6.000 dapat diasumsikan sebagai potensi worst scenario IHSG pada saat ini," tulis Valdy dalam risetnya pada Senin (3/3/2025).
Ia memproyeksikan pada perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level resistance 6.400, level pivot 6.300, serta level support di 6.200.
Menurutnya, sentimen utama yang akan menyelimuti pergerakan IHSG pekan ini masih terkait dengan implementasi kebijakan tarif 25% ke Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan 10% bagi China oleh Pemerintah AS.
Pasar juga masih mengantisipasi potensi reciprocal tariff yang mungkin akan diumumkan pasca pertemuan The Fed atau FOMC pada 18-19 Maret 2025.
Dari dalam negeri, Valdy menilai belum terdapat data ekonomi atau sentimen yang dinilai secara signifikan mampu meredam tekanan jual yang sangat signifikan dalam sepekan terakhir.
Sementara, Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan pada pekan ini pelaku pasar saham bisa mencermati data-data dari global dan domestik.
Dari global, terdapat Indeks NBS PMI Manufacturing China, Indeks PMI Manufacturing AS untuk periode Februari dan data Non-Farm Payrolls AS periode Februari. Data tersebut akan cukup penting bagi The Fed untuk membantu menilai kondisi ekonomi AS.
"Jika dinilai masih cukup kuat maka hal tersebut berpotensi membuat The Fed untuk tetap mengambil langkah defensif dengan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level yang sama seperti bulan sebelumnya," kata Indri.
Dari domestik, terdapat data Indeks PMI Manufaktur Indonesia periode Februari dan tingkat inflasi Indonesia periode Februari.
Berdasarkan sentimen yang ada saat ini, Indri menilai para pelaku pasar masih dihantui ketidakpastian pasar baik dari global maupun domestik. Ia sendiri memprediksi bahwa aksi jual atau sell off besar-besaran masih berpotensi berlanjut pada pekan ini.
IPOT juga memprediksi IHSG akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah sepanjang pekan ini, dalam rentang support 6.660 dan resistance 6.880.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.