Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) Hendra Tan mengungkapkan kinerja operasional dan keuangan perseroan untuk tahun buku 2024 tumbuh sesuai ekpektasi.
Manajemen berharap dapat melanjutkan pembagian dividen untuk tahun buku 2024 kepada pemegang saham seiring dengan pertumbuhan kinerja saat ini.
“Yang pasti kami kerja untuk bikin profit-nya makin lama makin meningkat dan kapasitas terus meningkat,” kata Hendra saat ditemui di sela-sela Indonesia Economic Summit, Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Baca Juga : Nasib BlackRock, Goldman Sachs Cs di Saham BREN |
---|
Hendra mengatakan BREN berencana untuk meningkatkan kapasitas setrum sekitar 104,6 megawatt (MW) dalam waktu dekat.
Dia mencontohkan, proyek ekspansi kapasitas pembangkit panas bumi di Gunung Halimun Salak itu belakangan melewati ekpektasi yang dipatok manajemen.
“Dalam test dengan rentang waktu 72 jam, Salak Binary berhasil menghasilkan 15,5 megawatt [MW] gross capacity, lebih tinggi dari ekspektasi awal kami,” kata Hendra.
Seperti diketahui, BREN bakal mencatat tambahan kapasitas energi dari proyek geotermal sekitar 41 MW tahun ini.
Tambahan kapasitas listrik itu mengambil porsi 4,62% dari total kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) yang telah beroperasi saat ini sebesar 886 MW.
Dengan demikian, kapasitas listrik panas bumi yang dioperasikan BREN bakal naik ke level 907 MW.
“Total kita akan ada 1.000 MW,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, emiten afiliasi Prajogo Pangestu itu mendulang kenaikan laba bersih kendati pendapatan perusahaan pada 9 bulan 2024 menyusut.
Laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih BREN masih mampu naik 1,88% YoY dari US$84,47 juta pada 9 bulan 2023 menjadi US$86,06 juta pada periode yang sama 2024.
Di sisi top line, pendapatan BREN tercatat sebesar US$441,29 juta pada Januari-September 2024. Realisasi itu turun tipis 0,89% year-on-year (YoY) dari US$445,27 juta pada periode yang sama 2023.
Lebih terperinci, Barito Renewables Energy mengantongi pendapatan dari penjualan listrik US$202,96 juta, penjualan uap US$91,38 juta, biaya manajemen US$37.000, penjualan karbon kredit US$1.000, pendapatan sewa operasi US$117,18 juta, dan pendapatan sewa pembiayaan US$29,72 juta.
Manajemen BREN menyampaikan penurunan tipis dalam pendapatan terutama disebabkan oleh penurunan produksi dari bisnis geotermal akibat gangguan di unit 2 Darajat.
“Di sisi positifnya, kami berhasil menyelesaikan masalah ini pada awal September 2024, dan operasional telah kembali normal sejak saat itu,” tulisnya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (31/10/2024).
Pada saat yang sama, BREN mencatat penurunan EBITDA sebesar 0,6% menjadi US$377 juta dan margin EBITDA sebesar 85,4%.
Perseroan milik Prajogo Pangestu ini mengklaim mampu menurunkan biaya operasional sehingga dapat mempertahankan margin EBITDA di kisaran 85%.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.