Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) menguat ke level tertinggi sejak IPO setelah Bursa Efek Indonesia setelah BEI mengeluarkan saham yang terafiliasi dengan Happy Hapsoro itu dari Papan Pemantauan Khusus mulai hari ini, Rabu (5/2/2025).
Merujuk data BEI, saham RATU ditutup menguat 550 poin atau 6,36% ke level Rp9.200 per saham. Level tersebut merupakan harga penutupan tertinggi atau all time high (ATH) sejak melantai di BEI pada 8 Januari 2025.
Sejak resmi diperdagangkan di BEI, saham RATU sudah melesat 700% dari harga initial public offering (IPO) yang dibanderol Rp1.150 per saham.
Setelah keluar dari Papan Pemantauan Khusus dengan skema perdagangan full call auction (FCA), saham RATU kembali diperdagangkan dengan mekanisme normal mulai hari ini.
“Perubahan ini mulai efektif pada tanggal 5 Februari 2025,” kata Kepala Divisi Peraturan dan Layanan Perusahaan BEI Teuku Fahmi Ariandar lewat keterangan resmi, Selasa (4/2/2025).
Sebelumnya, saham RATU masuk ke dalam papan pemantuan khusus atau FCA pada Rabu (22/1/2025). Keputusan itu diambil otoritas bursa lantaran peningkatan harga saham yang di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).
Seperti diketahui, perdagangan saham RATU sempat dihentikan sementara atau suspensi sejak Senin (20/1/2025). Menurut BEI, suspensi diambil dalam rangka cooling down untuk perlindungan investor.
Di sisi lain, Komisaris Utama RATU Sumantri menuturkan perseroannya tengah berupaya untuk menambah aset operasi pada paruh kedua tahun ini.
“Kita ingin apa yang diharapkan investor ini kita bisa tangkap dan kita bisa penuhi,” saat ditemui di Jakarta, Rabu (22/1/2025).
Aset anyar yang dijajaki berupa blok migas brownfield atau lapangan yang telah melewati puncak produksi. Lewat akuisisi aset mature ini, perusahaan dapat mencatatkan pendapatan dalam waktu cepat dengan risiko investasi yang relatif terjaga.
“Kita harapannya dalam tahun ini ada tambahan, atau ada cerita pertumbuhan dari RATU ini, karena ekpektasinya sudah lebih tinggi di awal,” tuturnya.
Kendati demikian, Sumantri mengatakan perseroannya turut menjajaki sejumlah aset greenfield dalam rencana akuisisi jangka menengah. Hanya saja, dia menargetkan lapangan greenfield ini mesti yang memiliki rentang produksi cepat.
“Karena kita berpikir soal cashflow maupun soal nilai tambah bagi investor dalam hal ini dengan kemampuan profitabilitas perusahaan dan rencana bagi dividen dan sebagainya,” katanya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.